HOME

Senin, 17 Agustus 2015

BIOGRAFI SINGKATKU






KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga saya  dapat terus  berusaha dalam menempuh ilmu hingga ke Negeri Kinanah (Baca:Mesir) ini.  Shalawat dan salam semoga Allah selalu curahkan  kepada kekasih-Nya yaitu Sayyidina Wa Maulana  Muhammadin SAW. Pada keluarga, sahabat serta  pengikutnya yang taat pada ajaran-ajaran beliau hingga akhir zaman.
Saya  sengaja mengawali dan menyusun  cerita ini, demi mengingatkan sejarah hidup yang pernah aku alami hingga saat ini agar  supaya menjadi tolak ukur sejauh mana rasa syukurku  kepada-Mu atas umur yang telah Engkau berikan kepadaku hingga umurku menginjak dewasa saat ini serta sebagai motivasi untuk menjalani hidup kedepan agar menajadi insan yang lebih baik.


RIWAYAT HIDUP
          Penulis dilahirkan di Desa Gunung Sari Kec. Rebang Tangkas Kab. Way Kanan Propinsi Lampung pada tanggal 11 November 1989, anak ke enam dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak M.Junaidi (Alm) dan Ibu Siti Syarifah. Jenjang pendidikan pertama yang penulis tempuh adalah  Roudlotul Athfal (RA) Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum tamat pada tahun 1996, lalu penulis melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI)  yang lulus pada tahun 2002,dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Bahrul Ulum pada tahun 2007, selama sekolah  Madrasah Tsanawiyah ini tepatnya pada kelas dua ketika itu masih semester satu penulis pernah putus sekolah selama dua Tahun kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyah pada Almamater yang sama dan lulus pada tahun 2010, dan penulis ucapkan Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Karena berkat kasih sayang-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulispun dapat melanjutkan pendidikan tingginya dengan jalur Beasiswa BIDIKMISI pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri yaitu di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Alhamdulillah dengan lantaran jalur beasiswa tersebut penulis dapat melanjutkan pendidikannya dan dengan pertolongan Allah penulis bisa menyelesaikannya tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai s1 (strata satu) yang seharusnya mengikuti prosesi wisuda bersama teman-teman seangkatan, penulis dengan seorang teman  namanya Rahmat Hidayat mempunyai keinginan  untuk melanjutkan s2 (strata dua) ke UIN Sunan  Kalijaga Yogykarta. Namun itu semua sirna dengan adanya informasi dari seorang teman tentang perkuliahan yang ada di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif  yang terletak di Kairo Mesir. Yang memang sebelum-sebelumnya penulis sudah menunggu informasi darinya yang telah lebih dulu berangkat ke Mesir, dia memberikan informasi kepada penulis bahwa kamu bisa berangkat kesini (Azhar) dengan beberapa syarat yaitu: terjun bebas dengan menggunakan visa turis serta harus masuk di Ma’had (setingkat SMP/SMA) terlebih dahulu sebelum kuliah. Dengan adanya persyaratan tersebut penulis mencoba bermusyawarah dengan kelurga, setelah semua penulis utarakan niatnya untuk belajar kesini keluarganya pun menyetujuinya.  Akhirnya penulis pun berangkat bersama teman-teman yang lain yaitu Abduttaufiqurrahman (Way Kanan, Lampung), Muhammad Aziz Ramadhan (Kotabumi, Lampung), Bambang (Lombok, NTB) serta teman-teman yang lain.

Singkat cerita penulis pun berangkat kesini dengan menggunakan visa turis, keberangkatan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta terminal II, di Jakarta. Dari Bandarlampung kami melaju menuju Jakarta dengan mengendarai mobil Avanza yakni tepat pada hari rabu tanggal 10 September 2014, kami sampai  Bandara pada malam hari sekitar pukul 08:30 wib setelah beberapa saat kami menunggu bang Ediya Johan yaitu orang yang mendampingi keberangkatan kami hingga yang mengurus proses pendaftaran di Ma’had dan sebagainya. Beberapa saat kemudian kami bertemu dan beliau mengumpulkan kami semua untuk memberikan tiket, visa serta sekaligus membicarakan teknis pemberangkatan kami menuju Kairo. Setelah lama menunggu, saya dan temen-temen take off sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada kamis dini hari pukul 04:30 wib menuju Kuala Lumpur dengan maskapai penerbangan Malaysia Airlines sampai sekitar  pukul tujuh  pagi waktu Malaysia, dua jam kami transit disini lalu kamipun melanjutkan perjalanan menuju Oscat (Oman) dengan maskapai Oman Airways sampai sini sekitar pukul setengah dua siang waktu setempat, di Bandara ini kamipun kembali transit take off  menuju Kairo yang dimana tempat tersebut adalah tempat yang sangat kami impi-impikan selama ini untuk dapat menimba ilmu agama di kota seribu menara tersebut. Sekitar kurang lebih lima jam kemudian alhamdulillah kami landing di Bandara Internasional Kairo dengan selamat, kamis pada tanggal sebelas September 2014 sekitar waktu maghrib kami tiba disini, Kairo.    

            Setibanya disini penulis sedikit terkejut melihat keadaan kota Kairo yang agak carut marut, bahkan penulis pribadi mulai agak pesimis kala itu setelah melihat administrasi yang kurang teratur, baik administrasi perpanjangan visa turis, proses pendaftaran ma’had ataupun administrasi yang lainnya. Disini rata-rata masih menggunakan sistem manual dalam pemrosesan semua administrasi, makanya terlalu lama dan menunggu antrean yang sangat panjang bila ingin mengurus suatu administrasi apapun.

            Selama satu bulan kami berempat tinggal bersama di rumah broker yang mengurus kami yakni di suatu perkampungan  yang bernama el-marg           yaitu desa yang agak lumayan jauh dari kota Cairo, waktu satu bulan tersebut kami gunakan untuk memperpanjang visa serta proses pendaftaran ma’had. Setelah selesai semua urusan saya berinisiatif untuk mencari tempat belajar  tahsin serta tahfiz Al-Qur’an sekaligus bermukim ditempat tersebut, kemudian setelah bertanya-tanya dengan teman akhirnya penulis dan ikut juga saudara taufiq yakni di MAQURAA (Majelis Al-Qur’an Amru Abbas El-Akkad) yaitu tempat belajar Qur’an serta tempat bermukimnya beberapa santri dari Indonesia termasuk penulis dan taufiq, majelis tersebut di pimpin oleh seorang muqri (orang ahli qiroat) yaitu Ustadz Arief Wardani Al-Indunisiy beliau adalah seorang yang ahli dalam bidang Al-Qur’an, beliau telah hafidz Qur’an, empat belas Qiraat seluruhnya telah beliau hafal serta matan tajwid (Tuhfatul Athfal dan Jazariyyah)  dan itu semua sudah mempunyai sanad sehingga beliau berhak memberikan sanad kepada orang yang berguru kepada beliau. Memang beberapa waktu sebelum saya berangkat kesini saya sudah sedikit banyak mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di MAQURAA ini melalui media sosial yang pada waktu itu dikasih tahu seorang teman yaitu saudara Indra Sutiawan  yang sudah beberapa bulan tinggal disini, berangkat dari itu semua alhamdulillah sayapun dapat belajar bareng ditempat tempat tersebut dengan teman-teman yang lain, baik belajar tahsin, tahfidz, maupun belajar kitab-kitab turats lainnya hingga saat ini.          
                       
            Setelah tinggal di MAQURAA selama empat bulan penulispun pindah ke Darrasah dekat dengan  Masjid dan kampus Al-Azhar yaitu daerah yang dimana banyak ditempati oleh Mahasiswa Indonesia karena disini (Darrasah) selain dekat dengan kampus juga disinilah banyak tempat-tempat talaqqi (Mulazamah) berbagai fan ilmu kepada para Masyayikh Al-Azhar. Diantara tempat-tempat talaqqi di daerah ini yaitu di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif, Masjid Sidi Dardiri, Masjid Sayyidina Husein,  Madhifah Shaikh Ali Jum’ah, Madhifah Shaikh Shalih Shadiq Al-‘Adawi, Madhifah Shaikh Imran Ad-Dah dan Madhifah lainnya. 

            Disini penulis tinggal beberapa bulan bersama teman-teman Indonesia satu rumah di antaranya yaitu mas Imam Syafi’i (Brebes, Jawa Tengah), Muhammad (Medan, Sumatera Utara), Ogi (Kuningan, Jawa Barat),  Indra Sutiawan (Kalianda, Lampung), Kamaluddin (Bandung, Jawa Barat), Riki Turnando (Jambi),  Muammar Riswan (Jambi), Saiful Anwar (Bekasi, Jakarta), Kafabi (Purbalingga, Jawa Tengah), dan Muhammad Ikliluddin (Kotabumi, Lampung).

            Aktifitas sehari-hari yang penulis lakukan ketika di Darrasah yaitu pagi hingga jam satu siang belajar di Dirasah Al-Khassah (Kelas Khusus) atau kelas persiapan masuk Ma’had jika memang ingin masuk Ma’had, ada juga yang dari Indonesia langsung ikut test Tahdid Al-Mustawa (ujian masuk ma’had). Jadi, tergantung masing-masing individu. Setelah itu penulis ikut muhadharah atau talaqqi bersama Shaikh walaupun tidak terlalu aktif seperti teman-teman lainnya. Setelah beberapa bulan masuk Dirasah Khassah akhirnya libur karena musim panas. Waktu yang sedikit singkat untuk mengenal bagaimana tempat lautan ilmu itu diajarkan disini, tak lama setelah itu penulis pindah lagi ke tempat yang baru yaitu di daerah yang lumayan jauh dari keramaian tepatnya di Thub Romli, Hay Asyir (District’10) sekitar satu jam dari Darrasah. Disini saya tinggal bersama beberapa orang yaitu Tanto (Cilacap, Jawa Tengah), Muh. Hamam Nasyiruddin (Ponco Warno, Lampung), Zulfi (Jawa Tengah), dan Syukron (Jawa Tengah).

2 komentar: