KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga saya dapat terus
berusaha dalam menempuh ilmu hingga ke Negeri Kinanah (Baca:Mesir) ini. Shalawat dan salam semoga Allah selalu
curahkan kepada kekasih-Nya yaitu
Sayyidina Wa Maulana Muhammadin SAW.
Pada keluarga, sahabat serta pengikutnya
yang taat pada ajaran-ajaran beliau hingga akhir zaman.
Saya sengaja mengawali dan menyusun cerita ini, demi mengingatkan sejarah hidup
yang pernah aku alami hingga saat ini agar
supaya menjadi tolak ukur sejauh mana rasa syukurku kepada-Mu atas umur yang telah Engkau berikan
kepadaku hingga umurku menginjak dewasa saat ini serta sebagai motivasi untuk
menjalani hidup kedepan agar menajadi insan yang lebih baik.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gunung Sari Kec. Rebang Tangkas Kab. Way
Kanan Propinsi Lampung pada tanggal 11 November 1989, anak ke enam dari enam
bersaudara, dari pasangan Bapak M.Junaidi (Alm) dan Ibu Siti Syarifah. Jenjang
pendidikan pertama yang penulis tempuh adalah
Roudlotul Athfal (RA) Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
tamat pada tahun 1996, lalu penulis melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang lulus pada tahun 2002,dan Madrasah
Tsanawiyah (Mts) Bahrul Ulum pada tahun 2007, selama sekolah Madrasah Tsanawiyah ini tepatnya pada kelas
dua ketika itu masih semester satu penulis pernah putus sekolah selama dua
Tahun kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyah pada Almamater yang sama
dan lulus pada tahun 2010, dan penulis ucapkan Syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT. Karena berkat kasih sayang-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga penulispun dapat melanjutkan pendidikan tingginya dengan jalur
Beasiswa BIDIKMISI pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri yaitu di Institut
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Alhamdulillah dengan lantaran jalur beasiswa tersebut penulis dapat
melanjutkan pendidikannya dan dengan pertolongan Allah penulis bisa
menyelesaikannya tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai s1
(strata satu) yang seharusnya mengikuti prosesi wisuda bersama teman-teman
seangkatan, penulis dengan seorang teman
namanya Rahmat Hidayat mempunyai keinginan untuk melanjutkan s2 (strata dua) ke UIN
Sunan Kalijaga Yogykarta. Namun itu
semua sirna dengan adanya informasi dari seorang teman tentang perkuliahan yang
ada di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif
yang terletak di Kairo Mesir. Yang memang sebelum-sebelumnya penulis sudah
menunggu informasi darinya yang telah lebih dulu berangkat ke Mesir, dia
memberikan informasi kepada penulis bahwa kamu bisa berangkat kesini (Azhar)
dengan beberapa syarat yaitu: terjun bebas dengan menggunakan visa turis serta
harus masuk di Ma’had (setingkat SMP/SMA) terlebih dahulu sebelum kuliah.
Dengan adanya persyaratan tersebut penulis mencoba bermusyawarah dengan kelurga,
setelah semua penulis utarakan niatnya untuk belajar kesini keluarganya pun
menyetujuinya. Akhirnya penulis pun berangkat
bersama teman-teman yang lain yaitu Abduttaufiqurrahman (Way Kanan, Lampung),
Muhammad Aziz Ramadhan (Kotabumi, Lampung), Bambang (Lombok, NTB) serta
teman-teman yang lain.
Singkat cerita penulis pun berangkat kesini dengan menggunakan visa
turis, keberangkatan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta terminal II,
di Jakarta. Dari Bandarlampung kami melaju menuju Jakarta dengan mengendarai
mobil Avanza yakni tepat pada hari rabu tanggal 10 September 2014, kami sampai Bandara pada malam hari sekitar pukul 08:30
wib setelah beberapa saat kami menunggu bang Ediya Johan yaitu orang yang
mendampingi keberangkatan kami hingga yang mengurus proses pendaftaran di
Ma’had dan sebagainya. Beberapa saat kemudian kami bertemu dan beliau
mengumpulkan kami semua untuk memberikan tiket, visa serta sekaligus membicarakan
teknis pemberangkatan kami menuju Kairo. Setelah lama menunggu, saya dan
temen-temen take off sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada kamis
dini hari pukul 04:30 wib menuju Kuala Lumpur dengan maskapai penerbangan
Malaysia Airlines sampai sekitar pukul
tujuh pagi waktu Malaysia, dua jam kami
transit disini lalu kamipun melanjutkan perjalanan menuju Oscat (Oman) dengan
maskapai Oman Airways sampai sini sekitar pukul setengah dua siang waktu
setempat, di Bandara ini kamipun kembali transit take off menuju Kairo yang dimana tempat tersebut
adalah tempat yang sangat kami impi-impikan selama ini untuk dapat menimba ilmu
agama di kota seribu menara tersebut. Sekitar kurang lebih lima jam kemudian
alhamdulillah kami landing di Bandara Internasional Kairo dengan selamat, kamis
pada tanggal sebelas September 2014 sekitar waktu maghrib kami tiba
disini, Kairo.
Setibanya disini penulis sedikit terkejut melihat keadaan kota Kairo yang agak carut marut, bahkan penulis pribadi mulai agak pesimis kala itu setelah melihat administrasi yang
kurang teratur, baik administrasi perpanjangan visa turis, proses pendaftaran
ma’had ataupun administrasi yang lainnya. Disini rata-rata masih menggunakan
sistem manual dalam pemrosesan semua administrasi, makanya terlalu lama dan
menunggu antrean yang sangat panjang bila ingin mengurus suatu administrasi
apapun.
Selama satu bulan
kami berempat tinggal bersama di rumah broker yang mengurus kami yakni di suatu perkampungan yang bernama el-marg yaitu desa yang agak lumayan jauh dari kota Cairo, waktu
satu bulan tersebut kami gunakan untuk memperpanjang visa serta proses
pendaftaran ma’had. Setelah selesai semua urusan saya berinisiatif untuk
mencari tempat belajar tahsin serta tahfiz
Al-Qur’an sekaligus bermukim ditempat tersebut, kemudian setelah bertanya-tanya
dengan teman akhirnya penulis dan ikut juga saudara taufiq yakni di MAQURAA
(Majelis Al-Qur’an Amru Abbas El-Akkad) yaitu tempat belajar Qur’an serta
tempat bermukimnya beberapa santri dari Indonesia termasuk penulis dan taufiq,
majelis tersebut di pimpin oleh seorang muqri (orang ahli qiroat) yaitu Ustadz
Arief Wardani Al-Indunisiy beliau adalah seorang yang ahli dalam bidang
Al-Qur’an, beliau telah hafidz Qur’an, empat belas Qiraat seluruhnya telah
beliau hafal serta matan tajwid (Tuhfatul Athfal dan Jazariyyah) dan itu semua sudah mempunyai sanad sehingga
beliau berhak memberikan sanad kepada orang yang berguru kepada beliau. Memang
beberapa waktu sebelum saya berangkat kesini saya sudah sedikit banyak
mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di MAQURAA ini melalui media sosial yang
pada waktu itu dikasih tahu seorang teman yaitu saudara Indra Sutiawan yang sudah beberapa bulan tinggal disini,
berangkat dari itu semua alhamdulillah sayapun dapat belajar bareng ditempat
tempat tersebut dengan teman-teman yang lain, baik belajar tahsin, tahfidz,
maupun belajar kitab-kitab turats lainnya hingga saat ini.
Setelah tinggal di MAQURAA selama empat bulan penulispun pindah ke
Darrasah dekat dengan Masjid dan kampus
Al-Azhar yaitu daerah yang dimana banyak ditempati oleh Mahasiswa Indonesia
karena disini (Darrasah) selain dekat dengan kampus juga disinilah banyak tempat-tempat
talaqqi (Mulazamah) berbagai fan ilmu kepada para Masyayikh Al-Azhar. Diantara
tempat-tempat talaqqi di daerah ini yaitu di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif, Masjid
Sidi Dardiri, Masjid Sayyidina Husein, Madhifah
Shaikh Ali Jum’ah, Madhifah Shaikh Shalih Shadiq Al-‘Adawi, Madhifah Shaikh Imran
Ad-Dah dan Madhifah lainnya.
Disini penulis tinggal beberapa bulan bersama teman-teman Indonesia satu rumah di antaranya yaitu
mas Imam Syafi’i (Brebes, Jawa Tengah), Muhammad (Medan, Sumatera Utara), Ogi (Kuningan,
Jawa Barat), Indra Sutiawan (Kalianda,
Lampung), Kamaluddin (Bandung, Jawa Barat), Riki Turnando (Jambi), Muammar Riswan (Jambi), Saiful Anwar (Bekasi,
Jakarta), Kafabi (Purbalingga, Jawa Tengah), dan Muhammad Ikliluddin (Kotabumi,
Lampung).
Aktifitas
sehari-hari yang penulis lakukan ketika di Darrasah yaitu pagi hingga jam satu
siang belajar di Dirasah Al-Khassah (Kelas Khusus) atau kelas persiapan masuk
Ma’had jika memang ingin masuk Ma’had, ada juga yang dari Indonesia langsung
ikut test Tahdid Al-Mustawa (ujian masuk ma’had). Jadi, tergantung
masing-masing individu. Setelah itu penulis ikut muhadharah atau talaqqi bersama
Shaikh walaupun tidak terlalu aktif seperti teman-teman lainnya. Setelah
beberapa bulan masuk Dirasah Khassah akhirnya libur karena musim panas. Waktu
yang sedikit singkat untuk mengenal bagaimana tempat lautan ilmu itu diajarkan
disini, tak lama setelah itu penulis pindah lagi ke tempat yang baru yaitu di
daerah yang lumayan jauh dari keramaian tepatnya di Thub Romli, Hay Asyir
(District’10) sekitar satu jam dari Darrasah. Disini saya tinggal bersama
beberapa orang yaitu Tanto (Cilacap, Jawa Tengah), Muh. Hamam Nasyiruddin
(Ponco Warno, Lampung), Zulfi (Jawa Tengah), dan Syukron (Jawa Tengah).
Menginspirasi sekali kak, jazakallah
BalasHapusTerimakasih dk... :)
BalasHapus