HOME

Kamis, 20 Agustus 2015

CALON JURNALIS MUDA

Kisah nyata dari sahabat karib





            Berawal dari kisah  seorang mahasiswa Asing (Malaysia) sebut saja Mohd Asrul bin Mohd Noor. Mula-mula saya mendapatkan informasi secara mendetail dengan menggunakan metode wawancara. sebelum datangnya ia ke Indonesia, dia masih kuliyah D3 di negaranya yakni Malaysia dengan mengambil Fakultas Dakwah yang dimana Perguruan tinggi tersebut terdapat Fakultas yang berbeda-beda. Di antaranya: Fakultas  Dakwah, Syari’ah, Bahasa Arab, Mu’amalat dan Tahfidz wal Qira’ah. Setamatnya D3 disana ia ingin melanjutkan studinya ke Timur Tengah khususnya (Al-Azhar mesir atau di Yordania), bahkan cita-citanya ini sudah lama terpendam dalam hatinya sejak masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Akan tetapi karena ada suatu kendala, yaitu MoU (Memorandum of  Understanding) yaitu kerjasama yang dilakukan oleh pihak kampus tersebut dengan pihak kampus yang ada di Timur Tengah itu dibatalkan. Sehingga dia tidak bisa melanjutkan studinya kesana. Tetapi dengan berjalannya waktu dia selalu mencari infomasi demi melanjutkan studinya ke jenjang S1 (strata satu), tanpa mempunyai rasa putus asa sedikitpun, setelah kesana kemari mencari informasi akhirnya dia mendapatkan juga informasi tersebut. Yakni dalam informasi itu ada MoU antara pihak kampusnya dengan pihak kampus Institut Agama Islam Negeri Lampung ini. Dan dia menerimanya lalu beliau mendaftarkan diri dengan sepuluh orang temannya, dengan mendapatkan beasiswa tersebut dia sangat bahagia walaupun dia harus meninggalkan anggota kelurga dan temannnya demi cita-citanya.
            Setelah dia selesai mengurus syarat-syarat keimigrasian dan syarat-syaratnya untuk perkuliahan yang akan dibawa ke Indonesia, setibanya di Indonesia dia bersama teman-temannya di  sambut oleh pihak kampus yang ada di Institut Agama Islam Negeri lampung ini. Kemudian mereka di tempatkan di Rusunawa (Asrama Ma’had Al-Jami’ah) yang terletak tidak  jauh dengan kampus. Hari demi hari mereka lalui kehidupan di Asrama tersebut, rupanya mereka mendapatkan sedikit kesulitan dalam  beradaptasi karena bahasa yang agak berbeda, tetapi semua itu suatu hal yang biasa bagi mereka. Tak  lama kemudian hampir satu minggu dia berada di kampus ini dia dan teman-temannya bingung akan mengambil jurusan apa.? Sosialisasi yang di berikan oleh pihak kampus kepada mereka telah jelas bahwa di kampus ini terdapat empat Fakultas yang berbeda yakni: Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, Ushuludin dan Dakwah. Dari sosialisasi tersebut awalnya dia dan empat orang temannya khususnya akan mengambil Fakultas Dakwah dan jurusan yang berbeda, beliau (Asrul) ingin mengambil Jurusan Menejemen Dakwah, dan empat orang temannya akan mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tetapi setelah itu mereka kembali bermusyawarah dan mereka sepakat untuk mengambil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memudahkan pengurusan Administrasi dan lain sebagainya. Setelah mereka mantap untuk mengambil Fakultas dan Jurusan tersebut mereka memulai perkuliahannya, ternyata pada awal studinya itu mereka mendapat kendala yakni sulit untuk memahami mata kuliah yang ada. Dikarenakan waktu di Malaysia mereka focus terhadap Islamic Study (studi-studi keislaman), sedangkan disini mereka menghadapi mata kuliah umum juga seperti (jurnalistik, komunikasi massa, psikologi komunikasi dan lain sebagainya). Sehingga dari empat temannya (perempuan) bermusyawarah untuk pindah Fakultas dan Jurusan yakni di Ushuludin pada jurusan Tafsir Hadits. Akan tetapi dia (mohd Asrul bin mohd Noor), ini tetap istiqamah untuk melanjutkan studinya di Fakultas dan jurusan yang telah di ambilnya itu, yah walupun dia juga merasakan kesulitan untuk memahami mata kuliah yang ada ketika itu, tetapi itu semua bukanlah suatu penghambat bahkan semua itu adalah sebuah tantangan, kata beliau.
            Walaupun sulit untuk memahami mata kuliyah yang ada dengah penuh kesabaran dan keseriusan sehingga sukses dengan bukti bahwa dia dapat mengikuti dan memahami mata kuliyah dengan baik dan selalu mendapatkan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi dan memuaskan. Dengan bergulirnya waktu pihak Kementrian Agama mengadakan semacam studi banding untuk mahasiswa asing, dengan adanya acara tersebut ternyata dia terpilih sebagai duta mahasiswa Asing dan dia dapat mengikutinya. Acara yang pernah dia ikuti itu terletak di beberapa wilayah yaitu: di Bandung (Garut),Bandung (Daarut-Tauhid), dan Jakarta. Dia kuliyah disini juga mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama satu tahun sekali, beasiswa tersebut cukup membantu biaya pendidikannya disini dan selebihnya itu adalah biaya sendiri. Sudah hampir satu tahun setengah dia melewati pembelajarannya di kampus ini agaknya dia mempunyai perasaan sedih pada akhir perkuliyahannya, dikarenakan yang semula berangkat bersama dari Malaysia akan tetapi pulangnya tidak bersama lagi, dikarenakan teman-temannya hanya mengambil dua semester sedangkan dia mengambil tiga semester, itu semua karena kebijakan dari pihak masing-masing Fakultas. Sehingga teman-temannya dapat lebih dulu menyelesaikan perkuliyahannya, dapat menyusun skripsi dan dapat wisuda pada  waktu yang telah di tentukan oleh pihak kampus. Sementara dia tidak bisa, karena masih ada mata kuliyah yang belum diambil (prasyarat). Akibatnya dia terlambat, tetapi semua itu bukanlah suatu kendala bagi dia, yang penting bagi dia adalah kuliyah selesai dan apa yang diinginkannya tercapai.
           
Jangan fikirkan darimana anda datang, tapi fokuskan kemana anda akan pergi.



4 komentar:

  1. Terima Kasih atas penulisannya..terharu bangat..ada juga yang masih ingat perjalanan hidup temanmu ini.

    BalasHapus
  2. Iya kak sama-sama semoga nanti bisa ketemu lagi ya..hehe

    BalasHapus
  3. masih belajar menulis itu buk ktika smster dua/tga kalau tdk salah, masih banyak salahnya..hehe

    BalasHapus