Kisah nyata dari sahabat karib
Berawal dari
kisah seorang mahasiswa Asing (Malaysia)
sebut saja Mohd Asrul bin Mohd Noor. Mula-mula saya mendapatkan informasi
secara mendetail dengan menggunakan metode wawancara. sebelum datangnya ia ke
Indonesia, dia masih kuliyah D3 di negaranya yakni Malaysia dengan mengambil Fakultas
Dakwah yang dimana Perguruan tinggi tersebut terdapat Fakultas yang
berbeda-beda. Di antaranya: Fakultas
Dakwah, Syari’ah, Bahasa Arab, Mu’amalat dan Tahfidz wal Qira’ah.
Setamatnya D3 disana ia ingin melanjutkan studinya ke Timur Tengah khususnya
(Al-Azhar mesir atau di Yordania), bahkan cita-citanya ini sudah lama terpendam
dalam hatinya sejak masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Akan tetapi
karena ada suatu kendala, yaitu MoU (Memorandum of Understanding) yaitu kerjasama yang dilakukan
oleh pihak kampus tersebut dengan pihak kampus yang ada di Timur Tengah itu
dibatalkan. Sehingga dia tidak bisa melanjutkan studinya kesana. Tetapi dengan
berjalannya waktu dia selalu mencari infomasi demi melanjutkan studinya ke
jenjang S1 (strata satu), tanpa mempunyai rasa putus asa sedikitpun, setelah
kesana kemari mencari informasi akhirnya dia mendapatkan juga informasi
tersebut. Yakni dalam informasi itu ada MoU antara pihak kampusnya
dengan pihak kampus Institut Agama Islam Negeri Lampung ini. Dan dia
menerimanya lalu beliau mendaftarkan diri dengan sepuluh orang temannya, dengan
mendapatkan beasiswa tersebut dia sangat bahagia walaupun dia harus
meninggalkan anggota kelurga dan temannnya demi cita-citanya.
Setelah dia selesai
mengurus syarat-syarat keimigrasian dan syarat-syaratnya untuk perkuliahan yang
akan dibawa ke Indonesia, setibanya di Indonesia dia bersama teman-temannya
di sambut oleh pihak kampus yang ada di
Institut Agama Islam Negeri lampung ini. Kemudian mereka di tempatkan di
Rusunawa (Asrama Ma’had Al-Jami’ah) yang terletak tidak jauh dengan kampus. Hari demi hari mereka
lalui kehidupan di Asrama tersebut, rupanya mereka mendapatkan sedikit
kesulitan dalam beradaptasi karena
bahasa yang agak berbeda, tetapi semua itu suatu hal yang biasa bagi mereka.
Tak lama kemudian hampir satu minggu dia
berada di kampus ini dia dan teman-temannya bingung akan mengambil jurusan
apa.? Sosialisasi yang di berikan oleh pihak kampus kepada mereka telah jelas
bahwa di kampus ini terdapat empat Fakultas yang berbeda yakni: Fakultas
Tarbiyah, Syari’ah, Ushuludin dan Dakwah. Dari sosialisasi tersebut awalnya dia
dan empat orang temannya khususnya akan mengambil Fakultas Dakwah dan jurusan
yang berbeda, beliau (Asrul) ingin mengambil Jurusan Menejemen Dakwah, dan empat
orang temannya akan mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tetapi
setelah itu mereka kembali bermusyawarah dan mereka sepakat untuk mengambil
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memudahkan pengurusan Administrasi
dan lain sebagainya. Setelah mereka mantap untuk mengambil Fakultas dan Jurusan
tersebut mereka memulai perkuliahannya, ternyata pada awal studinya itu mereka
mendapat kendala yakni sulit untuk memahami mata kuliah yang ada. Dikarenakan
waktu di Malaysia mereka focus terhadap Islamic Study (studi-studi keislaman),
sedangkan disini mereka menghadapi mata kuliah umum juga seperti (jurnalistik,
komunikasi massa, psikologi komunikasi dan lain sebagainya). Sehingga dari
empat temannya (perempuan) bermusyawarah untuk pindah Fakultas dan Jurusan
yakni di Ushuludin pada jurusan Tafsir Hadits. Akan tetapi dia (mohd Asrul bin
mohd Noor), ini tetap istiqamah untuk melanjutkan studinya di Fakultas dan
jurusan yang telah di ambilnya itu, yah walupun dia juga merasakan kesulitan
untuk memahami mata kuliah yang ada ketika itu, tetapi itu semua bukanlah suatu
penghambat bahkan semua itu adalah sebuah tantangan, kata beliau.
Walaupun sulit
untuk memahami mata kuliyah yang ada dengah penuh kesabaran dan keseriusan
sehingga sukses dengan bukti bahwa dia dapat mengikuti dan memahami mata
kuliyah dengan baik dan selalu mendapatkan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang
tinggi dan memuaskan. Dengan bergulirnya waktu pihak Kementrian Agama
mengadakan semacam studi banding untuk mahasiswa asing, dengan adanya acara
tersebut ternyata dia terpilih sebagai duta mahasiswa Asing dan dia dapat
mengikutinya. Acara yang pernah dia ikuti itu terletak di beberapa wilayah
yaitu: di Bandung (Garut),Bandung (Daarut-Tauhid), dan Jakarta. Dia kuliyah
disini juga mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama satu tahun sekali,
beasiswa tersebut cukup membantu biaya pendidikannya disini dan selebihnya itu
adalah biaya sendiri. Sudah hampir satu tahun setengah dia melewati
pembelajarannya di kampus ini agaknya dia mempunyai perasaan sedih pada akhir
perkuliyahannya, dikarenakan yang semula berangkat bersama dari Malaysia akan
tetapi pulangnya tidak bersama lagi, dikarenakan teman-temannya hanya mengambil
dua semester sedangkan dia mengambil tiga semester, itu semua karena kebijakan
dari pihak masing-masing Fakultas. Sehingga
teman-temannya dapat lebih dulu menyelesaikan perkuliyahannya, dapat menyusun
skripsi dan dapat wisuda pada waktu yang
telah di tentukan oleh pihak kampus. Sementara dia tidak bisa, karena masih ada
mata kuliyah yang belum diambil (prasyarat). Akibatnya dia terlambat, tetapi
semua itu bukanlah suatu kendala bagi dia, yang penting bagi dia adalah kuliyah
selesai dan apa yang diinginkannya tercapai.
Jangan fikirkan darimana anda datang, tapi fokuskan kemana anda
akan pergi.
Terima Kasih atas penulisannya..terharu bangat..ada juga yang masih ingat perjalanan hidup temanmu ini.
BalasHapusIya kak sama-sama semoga nanti bisa ketemu lagi ya..hehe
BalasHapusmantap pak...
BalasHapusmasih belajar menulis itu buk ktika smster dua/tga kalau tdk salah, masih banyak salahnya..hehe
BalasHapus