GURU adalah orang yang harus bisa di gugu dan ditiru itu memang benar adanya..
Beberapa tahun lalu kami hidup bersama keluarga KPI dengan penuh suka duka telah menghampiri, namun setelah lama kami tak bertemu dengan mereka yang sangat luar biasa itu sekarang tinggalah kenangan indah yang tersisa.
Keadaan ini semakin terasa sangat indah ketika kami berjauhan dan saling berkomunikasi melalui media sosial yang ada, seperti BBM, facebook, line, WhatsApp dan lainnya. Oh memang indah hidup ini jika dirasa.
Setelah lama kami tak jumpa karena kesibukan masing-masing, ada yang melanjutkan pendidikan, menjadi guru, pegawai Bank, ibu rumah tangga, ada yang kursus bahasa korea karena berharap ingin bekerja di korea sekaligus melanjutkan pendidikannya disana, ada juga yang menjadi santri (sana sini cari isteri) dan ada juga yang masih di kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Empat tahun kami bersama dalam canda tawa menempuh ilmu di suatu kampus yang hijau, indah nan sejuk. Dalam kebersamaan itu kami pernah mengalami sebuah masalah yang menimpa teman kami, yang masalah ini bukan hanya berdampak pada kami pribadi namun lebih dari itu jika memang kami diamkan pada saat itu.
Ketika itu kami masih semester awal saat menghadapi masalah tersebut, yakni masalah seorang mahasiswi dengan seorang dosen yang seharusnya dosen tersebut dapat menjadi GURU (yakni orang yang bisa di gugu dan ditiru atau orang yang bisa dipercaya dan dapat memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswa/inya).
Dosen tersebut pernah mengajar kami pada mata kuliyah "Sejarah Peradaban Islam", awal-awal belajar, kami selalu digabung dengan jurusan yang lain seperti PMI dan MD dalam satu ruangan, dosen satu ini sebut saja dengan kata "ib" memang terlihat sedikit semangat mengajar kami dengan metode yang ia tawarkan sangat membuat semua mahasiswa terus belajar lebih giat.
Metode pertanyaan mendadak sering ia lontarkan kepada kami dan anehnya ia selalu memberikan iming-iming nilai bagus kepada siapapun yang bisa menjawabnya, tentunya kamipun berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang dijanjikannya itu, satu lagi metode debat dengan beberapa kelompok lain yang telah dibagi dan ditetapkan sebelumnya, saat berdebatpun kami saling menguatkan argumentasi kami ketika itu. Debat itu akhirnya menimbulkan saling menjatuhkan hingga akhiranya kelaspun menjadi ramai tak kondusif Bahkan dalam perdebatan itu saya masih ingat kata-kata teman yang saat itu menjadi juru bicara pada kelompokku yakni "RH" dia mengatakan dengan suara keras "jangan ada forum di dalam forum" seketika kelas menjadi sunyi.
Dosen yang mengajar kami itu memang sedikit genit tapi ingat lo hanya dosen "SPI" saja yang seperti itu kalau yang lain InsyaAllah baik. Kegenitan itu mulai ketahuan belangnya ketika teman kami bercerita tentang masalah yang ditimpanya, awalnya sih temen kami ini malu menceritakan masalahnya. Namun lama kelamaan dia tidak tahan melihat kelakuan dosen "ib" ini terhadap dirinya yang selalu menteror dengan telfon or sms dengan mengatakan bahwa saya itu suka sama kamu kata si "ib" kepada temen kami tadi. Jika kamu mau sama bapak nanti bapak kasih nilai A+++ padahal kalau dilihat dari nilai skor tertinggi itu hanyalah A, lagi-lagi disini nilai yang ia tawarkan ada tambahan +++ entah gak tahu maksudnya apa, fikir saja sendiri..hihi
Dia sering mengiming-imingi temen kami dengan nilai bagus walaupun tidak mengerjakan tugas apapun, tapi perlu diingat teman kami tetap mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswi walaupun ada imbalan seperti tadi, dosen inipun terus mengejar-ngejar mahasiswi yang lumayan mendinglah rupa dan bodinya(?) hehe.. Tapi lama kelamaan dia bercerita dengan kami sekelas atas kejadian yang telah menimpanya.
Kamipun sebagai saudara satu jurusan ingin membantu dia dengan cara kami tidak mau diajar lagi olehnya dan ini memang terjadi saat itu waktunya penulis yang mendapat jatah presentasi kelas pada mata kuliyah tersebut, maka kami membuat kesepakatan tidak akan masuk kecuali mengutarakan keinginan kami dan minta maaf kami karena enggan lagi diajar olehnya.
Akhirnya pihak fakultaspun mengetahui masalah tersebut sehingga si "ib" dipanggil oleh dekan dan di sidang atas kelakuan yang tidak senonoh yang dilakukan kepada mahasiswanya tadi, setelah itu si dosen ini mendapat ganjaran dengan di skors agar tidak mengajar selama dua bulan dengan dalih agar supaya ia tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Setelah beberapa bulan kemudian ia sudah mulai menampakkan batang hidungnya lagi untuk mengajar tapi mengajar jurusan yang lain karena kami merasa sakit hati terhadap prilaku bejatnya itu, mengapa saya katakan bejat disini karena si dosen satu ini memang pernah punya masalah yang memalukan yaitu pernah cabul terhadap seseorang yang magang di kampus kami sebelum kami kuliyah disitu atau tepatnya tiga tahun sebelumnya, Yaitu pada tahun 2007 lalu.
Memang nafsu hewaninya lebih kuat daripada akal sehatnya, masalah seperti ini kembali terjadi beberapa hari yang lalu dengan dosen yang sama tapi korban yang berbeda dan parahnya lagi dia melakukan plagiarisme terhadap buku seseorang yang dia akui dan cetak kembali dengan memakai namanya. Sehingga terjadi demo dari semua fakultas untuk segera memecat dan membawa dosen tersebut ke ranah hukum. Oh sungguh luar biasa bejatnya si dosen ini ya, semoga Allah memberi hidah kepadanya sehingga ia sadar akan perbuatannya itu.
Sekedar pesan sih, jika ingin menjadi seorang dosen, ataupun tenaga pendidik lainnya jadilah GURU (bisa di gugu dan ditiru), seperti kata Bapak Pendidikan kita ki hajar dewantara " ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani", " di depan memberikan suri tauladan yang baik, ditengah-tengah membangun cita-cita yang luhur ,di belakang memberikan dorongan".
Kairo, 25 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar