HOME

Rabu, 02 September 2015

KISAH PERTAMA KALI SEBELUM KULIAH

Antara Keinginan & Kebutuhan

Ternyata sesuatu yang sangat kita inginkan itu belum tentu baik atau cocok buat kita, seperti yang pernah saya jalani selama ini. Dulu sebelum lulus dari Madrasah Aliyah di salah satu Pondok Pesantren Bahrul Ulum Way Kanan, Lampung.
Saya punya sebuah pilihan untuk melanjutkan pendidikanku waktu itu, pilihan itu adalah antara melanjutkan ke pondok salafiah atau kuliyah. Padahal waktu itu bisa dibilang ekonomi keluarga yang sangat pas-pasanlah, namun keterbatasan itu tidak menyurutkan keinginanku untuk belajar waktu itu.
Setelah mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) dan saya inget bener waktu itu hari jum'at, saya bertolak arah pulang menuju rumah, eh ketika sampai di pintu gerbang ada suara yang memanggil saya ketika menoleh ternyata pak kyai Nurkholis pengasuh pondok tersebut. Beliau memanggil saya untuk kerumahnya seketika itu juga saya menghadap beliau, sesampai dirumahnya sayapun langsung ditodong dengan beberapa pertanyaan yang isinya tentang perkuliahan.
Kira-kira begini pertanyaan beliau waktu itu, "mad awakmu gelem kuliyah..??tanpa basa basi langsung saya jawab--- "njeh pak", beliau menanyakan pertanyaan itu berkali-kali kepadaku mungkin karena beliau ingin meyakinkan keinginanku tersebut. Namun sekali lagi jawabanku tetap sama yaitu "njeh pak (iya pak)".
Setelah beliau merasa yakin atas jawabanku itu, beliau menawarkan sebuah beasisiswa Bidikmisi (thn2010) disalah satu perguruan tinggi yaitu di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan (IAIN RIL) Lampung kepada saya yang waktu itu kuotanya tinggal satu-satunya itu, padahal jujur saja sih saya sendiri tidak tahu IAIN itu dimana karena saking kupernya diriku terhadap dunia luar, yang saya tahu jujur waktu itu hanya unila, stain metro dan ugm.
Beliau ngomong ke saya "lek awakmu gelem kuliyah tenan iki persyaratane ditulis" beliau menyebutkan satu persatu persyaratan tersebut bla bla bla.."awakmu urus dewe persyaratane, lek wes lengkap terno dewe neng IAIN" , kata belaiu "awakmu gor enek wektu rong dino, dadi sok minggu kudu teko kono berkas-berkasmu kui, sambil beliau memberikan alamat tujuannya.
Dan anehnya waktu itu saya tidak berfikir panjang atas jawaban-jawaban yang saya lontarkan ke beliau, saya selalu menjawab iya. Padahal saya tidak tahu mau kuliyah di fakultas apa jurusan apa, namun sekali lagi jujur dari dulu sebenarnya saya kepingin mendalami bahasa arab. Namun disini saya teringat sebuah perkataan dari seorang teman bahwa "Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan", ternyata setelah saya renungi benar juga apa yang dikatakan temenku waktu itu.
Minggu pagi saya meluncur ke Bandarlampung untuk mengantarkan berkas beasiswa tersebut ke IAIN, setelah saya sampai di terminal rajabasa ternyata anaknya kyai saya yang bernama Arif Ridho sudah menunggu disitu, langsung saja kami bertolak menuju MAN 1 model Bandarlmapung untuk bermalam disana. Esok paginya kami menuju rumah dosen yang tak lain adalah orang yang pernah menjadi tim pengawas Ujian Nasional di Madrasah Tsanawiyah tempat saya sekolah yaitu Drs. Rosidi, MA.
Sesampainya di rumah beliau, beliau berkata " oh kamu ya zuk yang kesini..? Jawabku, iya pak. yah somoga nanti bisa masuklah, sambil beliau menunjukkan setumpuk berkas mahasiswa pendaftar beasiswa tersebut kepada saya. Karena kuota hanya tinggal satu-satunya waktu itu dan sudah banyak mahasiswa yang mendaftar, sambil beliau menyemangati saya semoga kamu nanti bisa masuk zuk, kata beliau. Aamiin, jawabku. Nanti kalau waktu pengumuman kamu jangan kesini ya, nanti biar bapak yang lihatin kalau pengumuman sudah turun. Nampaknya beliau merasa kasihan melihat saya, karena jarak tempuh yang begitu jauh dari rumah menuju kampusku yang memakan waktu 5-6 jam kendaraan bus sehingga beliau rela melihatkan pengumuman tersebut.
Beberapa bulan menunggu akhirnya pengumumanpun tiba, ketika itu saya masih bekerja dan ketika itu sayaendapat telfon dari dosen tersebut bahwa nama saya keluar didaftar pengumuman. Seketika itu juga saya sujud syukur atas keterimanya diriku yang mungkin seperti yang saya katakan tadi jika dilihat dari segi biaya kemungkinan besar secara pribadi tidak mampu untuk bisa kuliyah. Namun disini Allah berkata lain, intinya tetap bersyukur begitulah kira-kira.
Masalah jurusan yang agak sedikit kontra dengan apa yang saya inginkan tadi, mungkin Allah mempunyai keinginan lain terhadap diriku. Ketika itu dosen tersebut mengajukan pilihan untuk jurusan-jurusan yang akan saya pilih,"ada tiga jurusan dan dua fakultas yang beliau tunjukkan waktu itu yaitu Komunikasi Penyiaran Islam, Pengembangan Masyarakat Islam yang keduanya ini terdapat di fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi dan yang satunya jurusan bahasa arab yang terdapat pada Fakultas Tarbiyah. Sebenarnya sih waktu itu kepingin jurusan bahasa arab sebagai pilihan utama dari yang lain tadi, namun sekali lagi nasib berkehendak lain. Dosenpun menyarankan untuk milih KPI sebagai pilihan utama, memang jujur beliau ingin saya masuk ke jurusan tersebut karena beliau dosen di jurusan itu mau tidak mau dengan sedikit berat hati sayapun memilih jurusan tersebut.
Seiring berjalannya waktu saya dapat merasakan manfaat dari perkuliahan pada jurusan tersebut, hingga hari ini sayapun sebenarnya sedikit menyesal karena dulu tidak terlalu serius mendalami ilmu-ilmu yang ada pada jurusan itu. Karena keinginan yang selalu membayangiku untuk bisa kuliyah di Al-Azhar sehingga membuatku tidak terlalu fokus terhadap mata kuliah yang ada.
Eh ternyata setelah saya sampai ke kampus yang saya inginkan yaitu Al-Azhar, disini baru terasa bahwa ilmu yang ada di KPI sangat berguna sekali, yah minimal dalam dunia tulis menulis (jurnalistik). Intinya syukuri dan jalani apa yang ada dihadapan kita, insya Allah nanti akan berguna dikemudian hari.
Terimakasih kepada guru serta dosenku yang selama ini telah mendidik serta membimbingku, semoga Allah membalas kebaikanmu dan menjadikan itu semua sebagai amal jariahmu. Aamiin 


Kairo, 22 Februari 2015