PERBEDAAN MANUSIA YANG TIDAK BISA DIKRITISI
VS MANUSIA YANG BISA DIKRITISI
Manusia itu dari satu
sisi adalah makhluq . Artinya, diciptakan oleh yang menciptakan yaitu Khaliq
atau Allah. Kalau makhluq berarti
dibatasi, diperintah, diatur dan nantinya akan dihabisi, pasti berakhir itu
makhluq. Kewajiban kita sebagai makhluq terhadap Khaliqnya adalah ibadah,
sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat Ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ
إِلا لِيَعْبُدُون
Artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS, Adz Dzaariyat: 56)
Kita itu
makhluq Allah itu Khaliq. Kata kerjanya (fi’il madhinya atau ضى
الما فعل) yaitu: خَلَقَ )kholaqo) kosa kata dari kholaqo itu
ada dua bentuk bahasa arabnya yaitu خَلْقٌ (kholqun) dan خُلُقٌ (khuluqun). Yang pertama, خَلْقٌ (kholqun) yaitu
ciptaan Allah yang bersifat fisik, materi, jasad, lahir yang terlihat luarnya. Contohnya:
kuning, tinggi, langsing (kutilang). Ada yang pendek, hitam, pesek. Ada yang
tampan, gagah, menarik dan lain sebagainya itu dinamakan (kholq/kholqun). Ciptaan
Allah yang bersifat materi ini tidak bisa dikritisi, tidak bisa kita komentari,
eh kenapa sih kamu hidungnya kok pesek? Kenapa sih kulit kamu kok hitam? Kenapa
rambut kamu kok jelek?tidak bisa itu, karena apa?karena semua itu ( خَلْقٌ الله / ciptaan Allah yang bersifat fisik) Adapun
yang kedua, dari kata خَلَقَ )kholaqo) yaitu خُلُقٌ (khuluqun) itu single, مُفْرَدْ kalau
jamaknya atau pluralnya اَخْلَاقْ (akhlaq), nah kata akhlaq inilah hasil,
produk, budi daya, pola fikir, tindak tanduk, prilaku, ucapan, sikap, warna
hidup kita semua itu dinamakan akhlaq. Karena, itulah yang akan membentuk jati
diri kita dan disitulah yang layak dipuji dan layak dikritisi. Contohnya: kamu
kok kelakuannya jelek, padahal orang tua kamu itu kiai, ayah kamu itu pejuang
kamu kok jelek prilakunya tidak sama dengan orang tuamu, nah itu bisa dan boleh
kita kritisi. Tapi kalau yang tadi tidak
bisa dan tidak boleh dikritisi, ibu kamu itu cantik kamu kok jelek nah ini
tidak bisa dikritisi atau dikomentari. Namun kalau yang berkaitan dengan akhlaq
boleh kita kritisi ataupun komentari, ibu kamu itu dulu rajin ke majelis ta’lim
kamu kok tidak nah ini boleh dikomentari karena akhlaq ini hasil, prilaku
maupun pola fikir kita.
Nah. Prilaku
inilah, akhlaq inilah (akhlaq secara umum) ini semua yang akan menjadi sejarah
kita, sejarah manusia. Prilakunya orang Islam sudah barang tentu berbeda dengan
prilakunya orang Kristen, Yahudi, Majusi, Hindu, Budha, Konghucu. Prilaku, pola
fikirnya, gaya hidupnya, kesehari-hariannya pasti ada beda antara kita (Islam)
dengan non Muslim, karena itu kemauan kita, kehendak kita dan pilihan kita. Tapi
kalau خَلْقٌ (kholqun)
seperti tampan, cantik, jelek, hitam seperti kita ini tidak bisa dipuji maupun
dikomentari karena itu semua bukan pilihan kita tapi pilihan Allah. Tapi kalau
akhlaq saya baik silahkan ditulis dengan baik kalau akhlaq saya jelek silahkan anda
katakan jelek atau tidak layak dipuji.
Al-Qur’an
mengatakan didalam surat Al-An’am ayat 165:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ
الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya:”Dan
Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Nah, ingat.! Bedanya خَلَقَ )kholaqo)
denganجَعَلَ (ja’ala),
kalau خَلَقَ )kholaqo) itu monopoli ciptaan Allah, tapi kalau جَعَل (ja’ala)
walaupun subjeknya, pelakunya itu Allah tapi ada intervensi kita. Tidak mungkin
kita diam saja kemudian wujud sesuatu yang dikatakan جَعَلَ (ja’ala) itu. Contohnya, jodoh pakai kata خَلَقَ )kholaqo)
seperti pada ayat yang saya garis bawahi itu وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا jodoh saya dapat isteri saya itu خَلَقَ )kholaqo)
siapapun dan apapun tidak ada yang bisa menghalangi, tapi mawaddah dan sakinah
pakai kata جَعَلَ
(ja’ala) seperti lanjutan ayat tersebut diatas
وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً artinya tidak bisa kita hidup berpangku tangan
kemudian hidup sejahtera, harmonis, mesra, tidak bisa. Harus ada upaya dari
kita, tapi kalau jodohnya dari Allah. Menciptakan bumi dan langit yaitu Allah
seperti kata dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 73 وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ بِالْحَقِّ tapi bagaimana
kita menyuburkan bumi, mengeksplorasi bumi, sehingga bermanfaat pakai kata جَعَلَ (ja’ala)
seperti yang terdapat pada surat al-Mulk ayat هُوَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا
وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ mengolah bumi disini lagi-lagi pakai kata جَعَلَ (ja’ala)
apa dikira Allah yang disuruh mengolah bumi, apa Allah suruh bajak bumi, ngebor
minyak dan lain sebagainya, ya tidak. Allah ciptakan bumi dan isi kandungannya
kita yang eksplorasi kandungan untuk memanfaatkan kekayaan bumi ini menggunakan
kata جَعَلَ (ja’ala)
walaupun subjeknya, pelakunya Allah juga, ini bidang tafsir sebenarnya tapi
tidak apa-apalah sedikit menyinggung kesitu. Dan masih banyak contoh perbedaan
antara kata خَلَقَ )kholaqo) denganجَعَلَ (ja’ala) dalam al-Qur’an.
To Be Continue....
Ceramah KH. Said Aqil Sirodj
Ditulis oleh: M.Marzuki
Ramadhan menjelang
sahur
Alexandria, 25 Juni 2016.