PENTINGNYA PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP PRILAKU ANAK
Di era kebebasan informasi
saat ini, banyak sekali kita dengar kenakalan-kenakalan remaj. Seperti
contoh: tawuran, pengguna obat-obatan terlarang, pemerkosaan, pembunuhan,
dan lain sebagainya. Disinilah
pentingnya pendidikan keluarga terhadap prilaku anak, karena pada usia
anak-anak inilah rasa keingintahuan mereka semakin tak terelakkan. Banyak sekali
kejadian-kejadian diluar dugaan yang dialami oleh anak atau remaja, apalagi
semakin bebasnya informasi yang mudah didapatkan hanya melalu telepon genggam
saja. Sebenarnya banyak faktor yang menjadikan anak-anak menjadi seperti itu,
menurut Wagiati Soetodjo dalam bukunya “Hukum Pidana Anak” faktor kenakalan
anak ada beberapa bagian, yaitu: faktor intelengentia, faktor usia, faktor
kelamin, faktor keluarga, faktor pendidikan dan sekolah, faktor pergaulan anak,
dan pengaruh media massa.
Dari beberapa faktor yang ada tersebut, kita ambil sebagian saja
sebagai sampel misal pertama, faktor
intelegentia yaitu kecerdasan seseorang, pada umumnya anak-anak
deliquent ini mempunyai intelegensia verbal lebih rendah dan ketinggalan dalam
pencapaian hasil-hasil sesuai indikator sekolah (prestasi sekolah rendah). Dengan kecerdasan yang rendah dan
wawasan sosial yang kurang tajam, mereka mudah sekali terseret oleh ajakan
bujukan untuk menjadi pelaku tindak kekerasan terhadap anak lainnya.
Kedua, faktor
keluarga, adapun keluarga yang dapat menyebabkan kenakalan anak, dapat
berupa keluarga yang tidak normal (broken home) dan keadaan jumlah anggota
keluarga yang kurang menguntungkan.
Adapun broken home pada prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah
tidak lengkap lagi yang disebabkan adanya hal-hal sebagai berikut: a) Salah
satu dari kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia. b) Perceraian orang tua. c) Salah satu kedua orang tua atau kedua-duanya
tidak hadir secara terus menerus dalam
tenggang waktu yang cukup lama. Ketiga, Pengaruh media massa, yang memberikan
dampak besar kepada anak-anak untuk berbuat jahat karena pengaruh bacaan,
gamba-gambar dan film, dimana didalamnya terdapat informasi tentang kekerasan,
kriminalitas, dan gambar-gambar porno yang akan merangsang anak untuk
berpengaruh negatif terhadap perkembangan jiwa anak.
Dalam dunia yang real, penulis sendiri juga pernah mendapati
anak-anak yang seperti ini. Mereka ini sebenarnya tidak ada kekurangan dalam
hal materi namun mereka sering melakukan hal-hal yang kurang terpuji, seperti
berpelukan, ciuman, dan berganti-ganti pasangan. Penulis sendiri pernah
bertanya kepada yang bersangkutan, kenapa kamu melakukan hal-hal seperti
itu?jawabnya, karena kurang kasih sayang, perhatian, serta orang tua yang
selalu egois tanpa menghiraukan kemauan anaknya. Sehingga dari sini si anak
tadi mencari kenyamanan diluar keluarganya, timbullah tindakan-tindakan tidak
terpuji.
Optimalisasi Pendidikan Keluarga Terhadap Prilaku Anak
Menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
Begitu pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak. Hari ini
kita bisa melihat ada beragam kenakalan dan penyimpangan yang dilakukan oleh
anak. Secara umum, keluarga memiliki beberapa fungsi diantaranya, fungsi agama,
fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi
reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan pemeliharaan
lingkungan. Anak sangat merindukan kehadiran keluarga dalam menjalankan
fungsi-fungsi keluarga, bukan hanya sekedar tanggungjawab materi belaka, namun ketika orang tua sudah sadar untuk
mengoptimalisasikan pendidikan keluarga terhadap anak, maka mereka harus melakukan hal-hal yang selaras dengan kemauan
anak, tentunya merujuk kepada norma-norma yang ada.
Menurut hemat penulis, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
keluarga. Pertama, mau tahu apa yang dilakukan oleh anak. Perhatian orang tua
terhadap anaknya sangatlah dominan untuk menentukan masa depan anak menjadi
lebih baik. Kedua, menanamkan nilai-nilai kebaikan atau sikap yang baik,
ajaklah mereka bertukar pendapat layaknya seorang sahabat. Jadikanlah anak sebagai
teman karib, seperti contoh keluarga Sri Mulyani ketika di wawancarai mengenai
keluarganya, dia mengatakan bahwa orang tuanya selalu memperlakukan
anak-anaknya sebagai teman diskusi, dan
selalu mengadakan evaluasi terhadap keluarganya setiap satu minggunya. Sehingga
timbullah keharmonisan dalam keluarga, karena komunikasi selalu terjalin tanpa
merendahkan atau menghina satu sama lain, jika masalah kecerdasan intelektual
bolehlah sebagiannya kita percayakan kepada pihak sekolah, namun urusan sikap
yang baik sepert kesopanan, kejujuran, dan rasa tanggungjawab itu adalah peran
keluarga lebih besar. Ketiga, berilah mereka penjelasan tentang efek positif
dan negatifnya media informasi, sehingga mereka mempunyai kontrol diri dan
dapat menyaring informasi-informasi yang ada.
Fungsi pendidikan keluarga terhadap prilaku anak adalah tempatnya sosialisasi kepada mereka tentang prilaku-prilaku yang baik,
fungsi pendidikan karakter disini sangat urgent (penting) bagi tumbuh
kembangnya anak, karena dari merekalah anak akan mencontoh karakter orang
tuanya. Terakhir, fungsinya yaitu religius (keyakinan), pendidikan religius ini
juga tak kalah penting, karena jika anak sudah diberi modal keyakinan,
kemungkinan besar anak akan berfikir berkali-kali jika hendak melakukan hal-hal
yang kurang baik menurut keyakinannya. Maka dar itu, mari kita optimalkan pendidikan keluarga kita, sehingga menjadikan
anak terjauh dari prilaku-prilaku menyimpang demi masa depan mereka yang lebih
baik.