HOME

Senin, 05 September 2016

TERTAWA DIBALIK LAYAR DEMI DOLLAR SEMATA


Oleh: M.Marzuki

Kehidupan yg tak pernah kita bayangkan sebelumnya, dimana semua masih serba manual dalam mengerjakan sesuatu, terutama dalam hal elektronik. Berbeda dengan keadaan sekarang yg sudah jauh meninggalkan zaman purbakala. Saat ini dunia sudah lebih modern, informasi bertebaran dimana-mana. Namun, dengan begitu ada sekelompok orang yg ingin meraup keuntungan pribadi demi keinginan hawa nafsunya, tanpa menghiraukan sebab yg terjadi setelahnya seperti keadaan masyarakat awam yg selalu dihantui rasa bimbang (khususnya ketika sedang membaca berita-berita yg ada) disetiap lini kehidupan mereka, hanya karena ulah sekelompok orang itu.

Dunia yg semakin canggih ini, ada beberapa hal positif dan negatifnya disetiap kehidupan kita. Terkhusus bagi kita sebagai pengguna sosial media, hal positif yg dapat kita dapatkan tentunya banyak sekali semisal informasi yg bertebaran di sosial media ini mengenai informasi pekerjaan, beasiswa, bantuan, de el el. Tapi, informasi tersebut jangan kita makan mentah- mentah (istilahnya), harus kita saring terlebih dahulu atau harus ada sebuah media pengontrol pada diri kita (controling media) yaitu ilmu sebagai penimbang informasi yg ada.
Tak jarang kita temui informasi-informasi hoax (palsu) di beberapa informasi, karena hanya ingin memuaskan hawa nafsunya yaitu meraup dollar dengan menebar berita provokasi bahkan teror. Seperti contoh, berita-berita yg berbau isu sara, propaganda sunni syiah, politik, ekonomi, budaya, dlsb.

Seperti yg sekarang sedang gencar-gencarnya isu sunni syiah yg dilontarkan kelompok tertentu, itu sebenarnya banyak yg hoax. Karena ada beberapa oknum orang yg ingin membawa konflik timteng ke Indonesia (transnasional). Selain itu, ada juga yg membaca beberapa berita entah valid atau tidak berita tersebut setelah itu mereka olah seperti berita yg sangat diminati masyarakat, mereka buat ngehits agar berita tersebut laku, minimal para pengguna sosmed akan meng-klik-web yg mereka sediakan utk menempatkan berita yg mereka buat. Nah semakin banyak yg meng-klik- web tersebut akan semakin menguntungkan si pembuat berita itu.

Saya ada sedikit cerita terkait hal tersebut diatas, cerita saya ini awalnya dari obrolan biasa bersama teman yg kebetulan teman tersebut adalah orang yg pernah melakukan hal tersebut diatas. Begini ceritanya,

Tanggal 1 September 2016 tepatnya tadi malam, ada teman yg berasal dari Jawa Tengah yg saat ini sedang kuliah di Universitas Zaitunah, Tunisia. Dia bernama Juhari Umar, kami tidur-tiduran sambil ngobrol tentang keadaan Tunisia. Oh iya, dia kesini (Mesir) dalam rangka menghadiri Simposium Internasional di Kairo, dia sebagai anggota delegasi PPI Tunisia bersama beberapa temannya.

Awalnya saya tidak tahu kalau dia anggota delegasi, karena sudah dua kali dia main kerumah bahkan nginep dirumah yg saya tempati saat ini, kebetulan teman satu pondokannya dulu banyak yg tinggal dengan saya. saya mengira dia hanya sedang liburan musim panas saja (summer) karena banyak temannya disini (Mesir) terutama yg dari Ponpes Alhikmah, setelah saya tahu bahwa dia anggota delegasi, saya tanya antum aktif di bagian apa di PPI Tunisia, di media mas. Jawabnya.

Wah..sayapun mulai bertanya-tanya banyak hal terkhusus tentang media, sebelum saya bertanya banyak dengannya..dia bilang kalau kemarin di PPI Dunia dia juga terpilih sebagai anggota kepengurusan PPI tersebut dalam bidang media...yg bertugas mengedit dan mengapload berita-berita PPI Dunia. 

Jurusan sejarah kok malah tertarik di media, tanyaku singkat...iya mas, saya itu hobbi dengan media yg kerjaannya menulis, ngedit berita maupun photo-photo yg ada dalam berita..sampai-sampai dia menceritakan sendiri bagaimana cara mencari uang lewat google adsense, youtube atau lainnya..dari sini dia cerita banyak hal mengenai bagaimana cara meraup keuntungan lewat internet...kalau ada isu yg sedang booming nih mas waah bisa kita jadiin modus (bisa kebanjiran uang dengan adanya berita itu) katanya, seumpama sekarang isunya tentang sunni syiah..maka kita baca-baca saja berita tentang itu lalu kita ketik ulang dengan bahasa kita, tapi harus dengan bahasa yg memukau agar orang mau membuka web kita ya minimal meng-klik-lah, karena yg kita butuhkan hanya tanda -klik-tak lebih syukur-syukur membaca dan mengshare, karena semakin banyak yg klik maka semakin banyak dollar yg berputar-putar (masuk) di rekening kita, katanya.

Padahal setelah kita mengapload berita itu, kita menunggu sebentar saja sudah banyak yg meng-klik- web kita untuk melihat informasi terbaru dari web tersebut dan kita bisa melacak orang yg sudah meng-klik- tadi..dimana dia berada, alamat tempat tinggal dan lainnya. Kata dia.

Setelah dia tahu bahwa banyak yg meng-klik- dia sambil tertawa-tawa melihat orang yg tertipu dengan berita yg mereka buat itu, kenapa saya bilang tertipu disini..karena dia sendiri bilang kalau sebenarnya berita yg ia tampilkan sebenarnya hanya berita-berita provokasi semata yg biasanya masyarakat selalu terpancing membacanya, sehingga menimbulkan rasa jengkel si pembaca terhadap berita yg ada dan mereka ingin sekali membantu atau apalah pokoknya terhadap kejadian yg ada pada informasi tersebut.

Bahkan saya menceritakan kepadanya, ada sebagian teman di FB saya selalu mencatut berita-berita dari teman yg lain untuk dimasukkan ke web mereka, dan ketika saya sebutkan nama dan Fbnya dia ketawa-tawa seketika...karena teman di Fb yg saya tunjukkan itu ternyata juga sama dengan dia yg kerjaan seperti itu...saya sebutkan web-web mereka itu, itu hanya mencari dollar aja mas..hehe, kata dia. Karena saya sering komen-komenan sama dia itu.
Di sosial media banyak sekali akun abal-abal yg hanya buat mencari begituan mas, katanya. Kadang ada gambar-gambar yg bernilai provokasi dia edit dengan photo-photo lain, kemudian ditulis status yg membuat netizen jengkel, sedih, dlsb. Dan diakhir statusnya pasti ada kata-kata..masak gambar artis atau apalah gitu banyak yg like dan share gambar seperti ini gak ada..lalu ditambah dengan kata perintah. Silahkan like n share, berarti kalau masih seperti itu mereka masih nernak akun mas, kata dia. Kalau gak percaya coba sampean inbok langsung ke akun tersebut, maaf akunnya mau dijual berapa ya? Biasanya langsung dibalas mas itu...hehe

Sayapun terus bertanya cara-caranya untuk mengetahui permainan mereka agar tidak terkecoh dengan berita atau informasi (web) yg belum jelas, kalau mau bikin-bikin seperti itu ya kita beli web dulu mas pakai domain, murah kok..hanya Rp. 30.000 buat dua tahun, setelah itu kita olah webnya buat apload-apload berita hoax atau yg berbau provokasi atau berita lain..karena biasanya berita2 tersebut laku banget pokoknya...saya saja mencoba selama satu bulan bisa mendapatkan USD200 setiap hari hanya menulis tiga berita saja..bahkan kata dia, ada orang Surabaya yg satu bulan bisa mencapai milyaran rupiah hanya karena bekerja seperti itu..sampai di (cut) oleh pihak google.

Tapi uangnya syubhatlah kalau begitu, kataku...iya mas, saya hanya satu bulan saja dulu, karena waktu kuliah saya full dari pagi hingga jam lima sore dan merasa uangnya juga kurang berkah jadi gak saya lanjut, yg penting saya sudah tahu cara mereka-mereka itu...hehe
Jadi, saran saya para netizen (para pengguna sosmed) berhatilah-hatilah didalam meng-klik- atau meng-share- berita yg kiranya kita belum faham benar siapa penulisnya (medianya), walaupun kita tahu yg menulis itu seorang yg dulunya santri (karena kebetulan yg cerita tadi juga santri, bahkan FB2 yg berteman dengan saya di FB yg saya ceritakan dengannya tadi juga para santri yg kataku seorang yg selalu mencatut berita2 orang lain untuk dimasukkan webnya) . Karena bisa jadi mereka hanya memprovokasi kita dan ingin mendapatkan uang dari berita-berita yg mereka apload itu.

Karena itulah saya mengatakan mereka-mereka ini sebagai orang yg “Tertawa dibalik layar demi dollar semata”. Sungguh ironi, mereka tanpa menghiraukan bencana yg akan timbul setelahnya. Pesan saya, jika memang kalian ingin membuat berita, buatlah berita yg valid dan aktual sesuai data yg ada layaknya seorang ahli hadits yg selalu melakukan croscek terlebih dahulu demi keshahihan haditsnya.

Maka, kalau kalian ingin membuat berita saya sarankan pelajari terlebih dahulu buku-buku Jurnalistik Islami. Maka kalian pasti akan dapatkan bagaimana cara mencari, mengedit, mengolah, hingga menerbitkan sebuah berita yg baik. Karena disitu banyak syarat-syarat yg harus kalian penuhi, seperti harus mempunyai sifat seperti sifatnya Nabi, disitu para jurnalis diharuskan mempunyai sifat-berikut:

Fathonah, yaitu cerdas didalam memilih dan memilah berita. Sehingga dapat menghasilkan berita yg terbaik dan dapat mencerdaskan masyarakat, sebagaimana yg tercantum juga dalam UUD 45 khususnya di Indonesia yg memakai sistem Demokrasi yg berlandaskan Pancasila dan UUD 45. kedua, shiddiq. Seorang jurnalis harus memegang teguh suatu kebenaran dalam meliput berita. Karena, mereka membawa amanah kebenaran yg harus disampaikan kepada khalayak ramai. Yg ketiga, amanah. ini suatu sifat yg tidak bisa ditinggalkan atau harus selalu melekat pada diri seorang jurnalis, karena sifat tersebutlah seorang netizen akan memiliki simpati dan empati atas berita yg mereka sampaikan, karena mereka percaya terhadap berita yg kamu sampaikan. Dan yg terakhir adalah tabligh, yaitu seorang jurnalis atau wartawan harus menyampaikan berita-berita yg sesuai dengan fakta yg terjadi sebenarnya kepada khalayak ramai, bagaimana berita yg sesungguhnya terjadi dilapangan.

Itulah sedikit cerita dan saran terhadap mereka-mereka yg hanya menginginkan kepuasan hatinya, namun mereka tak menghiraukan masalah atau sebab yg terjadi setelahnya.

Janganlah kalian mendzolimi saudara-saudara kalian sendiri (terutama saudara yg seiman denganmu), karena caramu itu sudah membuat banyak masyarakat (netizen) sesat informasi. Berhentilah menebar berita-berita fiktif seperti isu-isu SARA, provokasi, teror, atau ancaman lainnya yg dapat menimbulkan masyarakat resah. 

Kairo, 2 September 2016.