Oleh: M.Marzuki
Kehidupan
yg tak pernah kita bayangkan sebelumnya, dimana semua masih serba manual dalam
mengerjakan sesuatu, terutama dalam hal elektronik. Berbeda dengan keadaan
sekarang yg sudah jauh meninggalkan zaman purbakala. Saat ini dunia sudah lebih
modern, informasi bertebaran dimana-mana. Namun, dengan begitu ada sekelompok
orang yg ingin meraup keuntungan pribadi demi keinginan hawa nafsunya, tanpa
menghiraukan sebab yg terjadi setelahnya seperti keadaan masyarakat awam yg
selalu dihantui rasa bimbang (khususnya ketika sedang membaca berita-berita yg
ada) disetiap lini kehidupan mereka, hanya karena ulah sekelompok orang itu.
Dunia
yg semakin canggih ini, ada beberapa hal positif dan negatifnya disetiap
kehidupan kita. Terkhusus bagi kita sebagai pengguna sosial media, hal positif
yg dapat kita dapatkan tentunya banyak sekali semisal informasi yg bertebaran
di sosial media ini mengenai informasi pekerjaan, beasiswa, bantuan, de el el.
Tapi, informasi tersebut jangan kita makan mentah- mentah (istilahnya), harus
kita saring terlebih dahulu atau harus ada sebuah media pengontrol pada diri
kita (controling media) yaitu ilmu sebagai penimbang informasi yg ada.
Tak
jarang kita temui informasi-informasi hoax (palsu) di beberapa informasi,
karena hanya ingin memuaskan hawa nafsunya yaitu meraup dollar dengan menebar
berita provokasi bahkan teror. Seperti contoh, berita-berita yg berbau isu
sara, propaganda sunni syiah, politik, ekonomi, budaya, dlsb.
Seperti
yg sekarang sedang gencar-gencarnya isu sunni syiah yg dilontarkan kelompok
tertentu, itu sebenarnya banyak yg hoax. Karena ada beberapa oknum orang yg
ingin membawa konflik timteng ke Indonesia (transnasional). Selain itu,
ada juga yg membaca beberapa berita entah valid atau tidak berita tersebut
setelah itu mereka olah seperti berita yg sangat diminati masyarakat, mereka
buat ngehits agar berita tersebut laku, minimal para pengguna sosmed akan
meng-klik-web yg mereka sediakan utk menempatkan berita yg mereka buat. Nah
semakin banyak yg meng-klik- web tersebut akan semakin menguntungkan si pembuat
berita itu.
Saya
ada sedikit cerita terkait hal tersebut diatas, cerita saya ini awalnya dari
obrolan biasa bersama teman yg kebetulan teman tersebut adalah orang yg pernah
melakukan hal tersebut diatas. Begini ceritanya,
Tanggal
1 September 2016 tepatnya tadi malam, ada teman yg berasal dari Jawa Tengah yg
saat ini sedang kuliah di Universitas Zaitunah, Tunisia. Dia bernama Juhari
Umar, kami tidur-tiduran sambil ngobrol tentang keadaan Tunisia. Oh iya, dia
kesini (Mesir) dalam rangka menghadiri Simposium Internasional di Kairo, dia
sebagai anggota delegasi PPI Tunisia bersama beberapa temannya.
Awalnya
saya tidak tahu kalau dia anggota delegasi, karena sudah dua kali dia main
kerumah bahkan nginep dirumah yg saya tempati saat ini, kebetulan teman satu
pondokannya dulu banyak yg tinggal dengan saya. saya mengira dia hanya sedang
liburan musim panas saja (summer) karena banyak temannya disini (Mesir)
terutama yg dari Ponpes Alhikmah, setelah saya tahu bahwa dia anggota delegasi,
saya tanya antum aktif di bagian apa di PPI Tunisia, di media mas. Jawabnya.
Wah..sayapun
mulai bertanya-tanya banyak hal terkhusus tentang media, sebelum saya bertanya
banyak dengannya..dia bilang kalau kemarin di PPI Dunia dia juga terpilih
sebagai anggota kepengurusan PPI tersebut dalam bidang media...yg bertugas
mengedit dan mengapload berita-berita PPI Dunia.
Jurusan sejarah kok malah
tertarik di media, tanyaku singkat...iya mas, saya itu hobbi dengan media yg
kerjaannya menulis, ngedit berita maupun photo-photo yg ada dalam
berita..sampai-sampai dia menceritakan sendiri bagaimana cara mencari uang
lewat google adsense, youtube atau lainnya..dari sini dia cerita banyak hal
mengenai bagaimana cara meraup keuntungan lewat internet...kalau ada isu yg
sedang booming nih mas waah bisa kita jadiin modus (bisa kebanjiran uang dengan
adanya berita itu) katanya, seumpama sekarang isunya tentang sunni syiah..maka
kita baca-baca saja berita tentang itu lalu kita ketik ulang dengan bahasa
kita, tapi harus dengan bahasa yg memukau agar orang mau membuka web kita ya
minimal meng-klik-lah, karena yg kita butuhkan hanya tanda -klik-tak lebih
syukur-syukur membaca dan mengshare, karena semakin banyak yg klik maka semakin
banyak dollar yg berputar-putar (masuk) di rekening kita, katanya.
Padahal
setelah kita mengapload berita itu, kita menunggu sebentar saja sudah banyak yg
meng-klik- web kita untuk melihat informasi terbaru dari web tersebut dan kita
bisa melacak orang yg sudah meng-klik- tadi..dimana dia berada, alamat tempat
tinggal dan lainnya. Kata dia.
Setelah
dia tahu bahwa banyak yg meng-klik- dia sambil tertawa-tawa melihat orang yg
tertipu dengan berita yg mereka buat itu, kenapa saya bilang tertipu
disini..karena dia sendiri bilang kalau sebenarnya berita yg ia tampilkan
sebenarnya hanya berita-berita provokasi semata yg biasanya masyarakat selalu
terpancing membacanya, sehingga menimbulkan rasa jengkel si pembaca terhadap
berita yg ada dan mereka ingin sekali membantu atau apalah pokoknya terhadap
kejadian yg ada pada informasi tersebut.
Bahkan
saya menceritakan kepadanya, ada sebagian teman di FB saya selalu mencatut
berita-berita dari teman yg lain untuk dimasukkan ke web mereka, dan ketika
saya sebutkan nama dan Fbnya dia ketawa-tawa seketika...karena teman di Fb yg
saya tunjukkan itu ternyata juga sama dengan dia yg kerjaan seperti itu...saya
sebutkan web-web mereka itu, itu hanya mencari dollar aja mas..hehe, kata dia.
Karena saya sering komen-komenan sama dia itu.
Di
sosial media banyak sekali akun abal-abal yg hanya buat mencari begituan mas,
katanya. Kadang ada gambar-gambar yg bernilai provokasi dia edit dengan
photo-photo lain, kemudian ditulis status yg membuat netizen jengkel, sedih,
dlsb. Dan diakhir statusnya pasti ada kata-kata..masak gambar artis atau apalah
gitu banyak yg like dan share gambar seperti ini gak ada..lalu ditambah dengan
kata perintah. Silahkan like n share, berarti kalau masih seperti itu mereka
masih nernak akun mas, kata dia. Kalau gak percaya coba sampean inbok langsung
ke akun tersebut, maaf akunnya mau dijual berapa ya? Biasanya langsung dibalas
mas itu...hehe
Sayapun
terus bertanya cara-caranya untuk mengetahui permainan mereka agar tidak
terkecoh dengan berita atau informasi (web) yg belum jelas, kalau mau
bikin-bikin seperti itu ya kita beli web dulu mas pakai domain, murah
kok..hanya Rp. 30.000 buat dua tahun, setelah itu kita olah webnya buat
apload-apload berita hoax atau yg berbau provokasi atau berita lain..karena
biasanya berita2 tersebut laku banget pokoknya...saya saja mencoba selama satu
bulan bisa mendapatkan USD200 setiap hari hanya menulis tiga berita saja..bahkan
kata dia, ada orang Surabaya yg satu bulan bisa mencapai milyaran rupiah hanya
karena bekerja seperti itu..sampai di (cut) oleh pihak google.
Tapi
uangnya syubhatlah kalau begitu, kataku...iya mas, saya hanya satu bulan saja
dulu, karena waktu kuliah saya full dari pagi hingga jam lima sore dan merasa
uangnya juga kurang berkah jadi gak saya lanjut, yg penting saya sudah tahu
cara mereka-mereka itu...hehe
Jadi,
saran saya para netizen (para pengguna sosmed) berhatilah-hatilah didalam
meng-klik- atau meng-share- berita yg kiranya kita belum faham benar siapa
penulisnya (medianya), walaupun kita tahu yg menulis itu seorang yg dulunya
santri (karena kebetulan yg cerita tadi juga santri, bahkan FB2 yg berteman
dengan saya di FB yg saya ceritakan dengannya tadi juga para santri yg kataku
seorang yg selalu mencatut berita2 orang lain untuk dimasukkan webnya) . Karena
bisa jadi mereka hanya memprovokasi kita dan ingin mendapatkan uang dari
berita-berita yg mereka apload itu.
Karena
itulah saya mengatakan mereka-mereka ini sebagai orang yg “Tertawa dibalik
layar demi dollar semata”. Sungguh ironi, mereka tanpa menghiraukan bencana yg
akan timbul setelahnya. Pesan saya, jika memang kalian ingin membuat berita,
buatlah berita yg valid dan aktual sesuai data yg ada layaknya seorang ahli
hadits yg selalu melakukan croscek terlebih dahulu demi keshahihan haditsnya.
Maka,
kalau kalian ingin membuat berita saya sarankan pelajari terlebih dahulu
buku-buku Jurnalistik Islami. Maka kalian pasti akan dapatkan bagaimana cara
mencari, mengedit, mengolah, hingga menerbitkan sebuah berita yg baik. Karena
disitu banyak syarat-syarat yg harus kalian penuhi, seperti harus mempunyai
sifat seperti sifatnya Nabi, disitu para jurnalis diharuskan mempunyai
sifat-berikut:
Fathonah,
yaitu cerdas didalam memilih dan memilah berita. Sehingga dapat menghasilkan
berita yg terbaik dan dapat mencerdaskan masyarakat, sebagaimana yg tercantum
juga dalam UUD 45 khususnya di Indonesia yg memakai sistem Demokrasi yg
berlandaskan Pancasila dan UUD 45. kedua, shiddiq. Seorang jurnalis harus
memegang teguh suatu kebenaran dalam meliput berita. Karena, mereka membawa
amanah kebenaran yg harus disampaikan kepada khalayak ramai. Yg ketiga, amanah.
ini suatu sifat yg tidak bisa ditinggalkan atau harus selalu melekat pada diri
seorang jurnalis, karena sifat tersebutlah seorang netizen akan memiliki
simpati dan empati atas berita yg mereka sampaikan, karena mereka percaya
terhadap berita yg kamu sampaikan. Dan yg terakhir adalah tabligh, yaitu
seorang jurnalis atau wartawan harus menyampaikan berita-berita yg sesuai
dengan fakta yg terjadi sebenarnya kepada khalayak ramai, bagaimana berita yg
sesungguhnya terjadi dilapangan.
Itulah
sedikit cerita dan saran terhadap mereka-mereka yg hanya menginginkan kepuasan
hatinya, namun mereka tak menghiraukan masalah atau sebab yg terjadi
setelahnya.
Janganlah
kalian mendzolimi saudara-saudara kalian sendiri (terutama saudara yg seiman
denganmu), karena caramu itu sudah membuat banyak masyarakat (netizen) sesat
informasi. Berhentilah menebar berita-berita fiktif seperti isu-isu SARA,
provokasi, teror, atau ancaman lainnya yg dapat menimbulkan masyarakat resah.
Kairo, 2 September 2016.