HOME

Selasa, 21 November 2017

Ziarah Makam Aulia di Kota Alexandria bersama Syeikh 'Ala Musthofa Na'imah


Kairo. Ziarah makam Aulia yang diadakan oleh kawan-kawan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, dibimbing langsung oleh Syeikh 'Ala Musthofa Na'imah, Sabtu (15/4) kemarin.

Ziarah kali ini diikuti oleh para mahasiswa dan pekerja baik dari Indonesia, Malaysia, Singapura, sebanyak empat bus dari Kairo dan para ahbab Alexandria asuhan Syeikh 'Ala Musthofa Na'imah.
Adapun makam pertama yang diziarahi yakni makam Sidi Abu al-Abbas al-Mursi, beliau merupakan murid pertama syeikh Abu al-Hasan al-Syadzili pemilik thariqah Syadziliyah, sehingga Abu al-Abbas menjadi penerus thariqah gurunya sebagai Khalifah (mursyid). Makam kedua, yakni makam Sidi Yaqut al-'Arsy. Beliau adalah murid pertama sekaligus menantu dari Syeikh Abu al-Abbas, Syeikh 'Ala menjelaskan bahwa nama beliau hanya Yaqut saja, adapun nama al-'Arsy adalah sebuah laqob (julukan) beliau. Kenapa beliau dijuluki al'Arsy, karena beliau selalu mendengar gemuruh tasbihnya para Malaikat disekolah 'Arsy.

Makam ketiga yaitu makam Sidi Makinuddin Al-Ahmad, beliau adalah termasuk orang qudus (suci) semacam waliyullah yang mempunyai banyak karamah, diantaranya adalah beliau melihat Lailatul Qadr (malam seribu bulan) dengan melihat para malaikat turun ke bumi dengan lapisan cahaya. Makam kelima, yaitu makam Sidi Muhammad Shalah al-Din, Sidi Muhammad Mas'ud, dan lain-lain, yang merupakan anak-anak dari Sayyidina 'Ali Zainal 'Abidin bin Sayyidina 'Ali yang merupakan menantu Rasulullah SAW yaitu suami dari putri beliau bernama Sayyidah Fatimah al-Zahra.
Setelah itu dilanjutkan ke makam Sidi Nasyirudin dan dilanjutkan ke makam Nabi Danial yang merupakan keturunan dari bani Israil, makam Nabi Danial ini berdekatan dengan makam Sayyidina Luqman al-Hasan yang namanya diabadikan didalam al-Qur'an yaitu surah Luqman.
Sayyidina Luqman al-Hakim ini bukan seorang Nabi bukan juga seorang Rasul, namun kenapa namanya diabadikan didalam al-Qur'an? Kenapa demikian, tak lain, karena hidupnya penuh dengan hikmah.

Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.
"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan Ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."
"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak akan engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."
" Anakku, ikutilah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikuti orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu".
" Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."
"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."
"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam-macam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."
" Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para Nabi. Kalimatnya adalah:
1. Jika kau beribadah pada Allah SWT,
jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain,
maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah
majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makanan,
jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan mnjemputmu.
Itulah sekilas cerita perjalanan ziarah kemarin di Alexandria, semoga ada hikmah yang dapat dipetik untuk di renungkan dalam kehidupan sehari hari.