Kairo, (22/6) PCINU Mesir
bekerjasama dengan KBRI dan PPMI ini kembali
menggelar dialog kebangsaan yang dilaksanakan di aula Wisma Nusantara. Acara
ini dimoderatori oleh Masrukhin, MA salah satu kandidat doktor Univ. Al Azhar.
Acara tersebut dimulai pada pukul 20: 30 clt hingga selesai, acara dialog
kebangsaan yang mengangkat tema “ Meneguhkan Indonesia Sebagai Kiblat Peradaban Dunia Islam” yang semula dijadwalkan siang hari ini sempat
ditunda karena padatnya kegiatan narasumber.
Dalam sambutannya, A. Nur
Fauzi Suwandi selaku duta besar RI untuk Mesir ini mengatakan ini adalah sebuah
kesempatan emas bagi para masisir karena dapat langsung berdialog dengan orang
yang benar-benar ahli dibidangnya terkait dengan tema tersebut diatas. Maka
dari itu agar mahasiswa dapat menyebarkan informasi ini kepada semua khalayak
agar semua tahu bahwa Islam itu adalah agama Rahmatan Lil’alamin.
Dalam acara tersebut panitia mengundang nara sumber KH.A. Hasyim
Muzadi yaitu salah satu anggota dewan pertimbagan Presiden RI dan Rois Syuriah
PBNU untuk menjadi pembicara, disela-sela dialog ini beliau memaparkan tentang
sirah Rasul ada tiga titik yang harus kita pegang dalam meneguhkan jiwa dalam
berbangsa ini yaitu pertama, turunnya wahyu (keimanan) Iqro” maka bacalah dengan rasa pengembangan iman
tidak cukup dengan
rasio makanya harus diimbangi dengan rasa. Tapi kalau mahasiswa banyak ibadah
sebagai informasi. Kedua, tidak ada unsur tuhan dalam alam begitu juga
sebaliknya tidak ada unsur alam dalam tuhan, pemahaman seperti ini yang masih
banyak belum diketahui sehingga mudahnya mengkafirkan orang yang berbeda
pandangan dengannya. Ketiga, peristiwa hijrah disitu diajarkan hak dan
kewajiban, hak pribadi dan umum. Kenapa negara tidak disebut daulah Islamiyah,
karena daulah Islamiyah bertentangan dengan keberagaman yang ada.
Menurut kiai Hasyim negara
yang didirikan oleh Nabi itu Mitsaqul Madinah yaitu melalui kesepakatan atau
konsensus yang disitu ada rakyat, teritorial serta lainnya. Rasulullah sudah
diberi tahu negara yang akan berkelompok-kelompok contohnya ya timteng, kata
pengasuh ponpes al hikam malang ini.
Lanjut beliau bahwa dari
Mitsaqul Madinah ini ada 47 pasal, namun hanya beberapa pokok yang beliau
sebutkan. Pokok pertama, ukhuwah
bainal muslimin. Anak-azhar diminta harus membikin inline tentang perbedaan
unsur lalu diskusikan secara ilmiyah, untuk secara ilmiyah dan tidak taasub itu
memang susah. Orang kafir saja diberi hak sipil oleh Rasul. Pokok kedua, ukhuwah
bainal adyan yaitu Nasionalisme. Pada zaman Rasul, beliau tidak membentuk negara
Islam hanya saja tata cara dalam bernegara itu sesuai dengan Islam. Zaman
Khulafaurrasyidin Mitsaqul Madinah ini masih berlaku, seperti contoh tanah
masjid yang akan dibangun oleh Amru bin
Ash disitu masih mementingkan hak-hak sipil rakyat setempat. Dan setelah
Khulafaurrasyidin inilah baru timbul sekte-sekte takfiri yang menjadi
perpecahan umat hingga saat ini, pertentangan politik saat ini dijadikan
pertentangan ideologis hingga menjadi pertentangan keimanan.
Sekarang di Indonesia kenapa
antara Islam dan Kristen bisa bersatu, maka disinilah bedanya walisongo dengan
wali jenggot kalau walisongo mengislamkan orang kafir namun wali jenggot malah
sebaliknya mengkafirkan orang Islam. Kenapa Imam Syafi’i mengenalkan Al ‘Adah
Muhakamah karena dalam budaya tersebut teradapat ilmu, etika serta filsafat.
Dan Al-Azhar hingga saat ini masih bisa memegang wasatiyah itu sampai sekarang,
jelas mantan ketua umum PBNU dua periode itu.
Pada sesi tanya jawab dibuka
dua penanya, saudara Mahmudin menanyakan prihal “sepertinya menag kita sekarang
memojokkan Islam dan pernyataan wapres Jusuf Kalla yang menyinggung tentang toa ngaji di
masjid itu adalah polusi suara” sebagai watimpres, bagaimana menurut pak kiai
berkenaan dengan hal ini? Lanjut dari penanya kedua oleh saudari Aisyah, di
Indonesia khususnya sedang marak-maraknya tentang jaringan Islam Liberal (JIL)
dan anti JIL. Nah disini, bagaimana cara pak kiai mengatasi tentang hal ini?
Sebenarnya yang memojokkan
Islam itu kelompok ekstrim yang dimainkan oleh orang bukan Islam, dan tidak
semua orang non muslim itu dimusuhi karena ada yang dzimmi dan harbi, mereka
mencaci terorisme kemudian mengidentifikasikan kepada Islam supaya Islam
kelihatan jeleknya. Kalau masalah liberal dan tidaknya itu kan berbeda-beda,
ada yang liberal dalam pemikiran ada juga yang liberal secara tindakan, disini
saya juga sudah mengajukan tentang hal ini kepada PBB, jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar