HOME

Senin, 17 Agustus 2015

DIALOG KEBANGSAAN



Kairo, (22/6) PCINU Mesir bekerjasama dengan KBRI dan PPMI  ini kembali menggelar dialog kebangsaan yang dilaksanakan di aula Wisma Nusantara. Acara ini dimoderatori oleh Masrukhin, MA salah satu kandidat doktor Univ. Al Azhar. Acara tersebut dimulai pada pukul 20: 30 clt hingga selesai, acara dialog kebangsaan yang mengangkat tema “ Meneguhkan Indonesia  Sebagai Kiblat Peradaban Dunia Islam”  yang  semula dijadwalkan siang hari ini sempat ditunda karena padatnya kegiatan narasumber.
Dalam sambutannya, A. Nur Fauzi Suwandi selaku duta besar RI untuk Mesir ini mengatakan ini adalah sebuah kesempatan emas bagi para masisir karena dapat langsung berdialog dengan orang yang benar-benar ahli dibidangnya terkait dengan tema tersebut diatas. Maka dari itu agar mahasiswa dapat menyebarkan informasi ini kepada semua khalayak agar semua tahu bahwa Islam itu adalah agama Rahmatan Lil’alamin.
Dalam acara tersebut  panitia mengundang nara sumber KH.A. Hasyim Muzadi yaitu salah satu anggota dewan pertimbagan Presiden RI dan Rois Syuriah PBNU untuk menjadi pembicara, disela-sela dialog ini beliau memaparkan tentang sirah Rasul ada tiga titik yang harus kita pegang dalam meneguhkan jiwa dalam berbangsa ini yaitu pertama, turunnya wahyu (keimanan) Iqro”  maka bacalah dengan rasa pengembangan iman tidak cukup dengan rasio makanya harus diimbangi dengan rasa. Tapi kalau mahasiswa banyak ibadah sebagai informasi. Kedua, tidak ada unsur tuhan dalam alam begitu juga sebaliknya tidak ada unsur alam dalam tuhan, pemahaman seperti ini yang masih banyak belum diketahui sehingga mudahnya mengkafirkan orang yang berbeda pandangan dengannya. Ketiga, peristiwa hijrah disitu diajarkan hak dan kewajiban, hak pribadi dan umum. Kenapa negara tidak disebut daulah Islamiyah, karena daulah Islamiyah bertentangan dengan keberagaman yang ada.
Menurut kiai Hasyim negara yang didirikan oleh Nabi itu Mitsaqul Madinah yaitu melalui kesepakatan atau konsensus yang disitu ada rakyat, teritorial serta lainnya. Rasulullah sudah diberi tahu negara yang akan berkelompok-kelompok contohnya ya timteng, kata pengasuh ponpes al hikam malang ini.
Lanjut beliau bahwa dari Mitsaqul Madinah ini ada 47 pasal, namun hanya beberapa pokok yang beliau sebutkan. Pokok  pertama, ukhuwah bainal muslimin. Anak-azhar diminta harus membikin inline tentang perbedaan unsur lalu diskusikan secara ilmiyah, untuk secara ilmiyah dan tidak taasub itu memang susah. Orang kafir saja diberi hak sipil oleh Rasul. Pokok kedua, ukhuwah bainal adyan yaitu Nasionalisme. Pada zaman Rasul, beliau tidak membentuk negara Islam hanya saja tata cara dalam bernegara itu sesuai dengan Islam. Zaman Khulafaurrasyidin Mitsaqul Madinah ini masih berlaku, seperti contoh tanah masjid yang akan  dibangun oleh Amru bin Ash disitu masih mementingkan hak-hak sipil rakyat setempat. Dan setelah Khulafaurrasyidin inilah baru timbul sekte-sekte takfiri yang menjadi perpecahan umat hingga saat ini, pertentangan politik saat ini dijadikan pertentangan ideologis hingga menjadi pertentangan keimanan.
Sekarang di Indonesia kenapa antara Islam dan Kristen bisa bersatu, maka disinilah bedanya walisongo dengan wali jenggot kalau walisongo mengislamkan orang kafir namun wali jenggot malah sebaliknya mengkafirkan orang Islam. Kenapa Imam Syafi’i mengenalkan Al ‘Adah Muhakamah karena dalam budaya tersebut teradapat ilmu, etika serta filsafat. Dan Al-Azhar hingga saat ini masih bisa memegang wasatiyah itu sampai sekarang, jelas mantan ketua umum PBNU dua periode itu.

Pada sesi tanya jawab dibuka dua penanya, saudara Mahmudin menanyakan prihal “sepertinya menag kita sekarang memojokkan Islam dan pernyataan wapres Jusuf  Kalla yang menyinggung tentang toa ngaji di masjid itu adalah polusi suara” sebagai watimpres, bagaimana menurut pak kiai berkenaan dengan hal ini? Lanjut dari penanya kedua oleh saudari Aisyah, di Indonesia khususnya sedang marak-maraknya tentang jaringan Islam Liberal (JIL) dan anti JIL. Nah disini, bagaimana cara pak kiai mengatasi tentang hal ini?


Sebenarnya yang memojokkan Islam itu kelompok ekstrim yang dimainkan oleh orang bukan Islam, dan tidak semua orang non muslim itu dimusuhi karena ada yang dzimmi dan harbi, mereka mencaci terorisme kemudian mengidentifikasikan kepada Islam supaya Islam kelihatan jeleknya. Kalau masalah liberal dan tidaknya itu kan berbeda-beda, ada yang liberal dalam pemikiran ada juga yang liberal secara tindakan, disini saya juga sudah mengajukan tentang hal ini kepada PBB, jawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar