HOME

Kamis, 20 Agustus 2015

RINTANGAN SEORANG PENDAKI



Oleh: Risa Anggraini

Inilah salah satu teman sekelas ku, kami sekarang bersama-sama berada di Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam semester tiga. Namanya Muhammad Marzuki, ia memang hebat dalam bahasa Arabnya, terlihat saat pertama kami diasrama ia bersama fendi dan salah satu pengurus asrama berbincang-bincang dengan bahasa Arab ia berasal dari Waykanan, desa Gunung sari kecamatan Rebang Tangkas. Ia Adalah Anak terbungsu dari Enam bersaudari oleh pasangan yang berbahaga, tentunya setiap Manusia yang terlahir memiliki kisah hidupnya tersendiri baik itu kesenangan, kesedihan dan lain sebagiannya. Serta memiliki potensi dan bakat masing-masing. Untuk itu kita simak perjalanan serta cerita hidup hingga akhirnya ia bisa bersama dan berkumpul ditengah keramaian dan menjadi salah satu teman kita.
Ketika semua orang masih tengah asyik larut dalam masa-masa kesenangan, masa kebebasan untuk mengapresiasikan segala sesuatunya sebagai remaja. Masa yang masih labil. Masa-masa yang masih menginginkan kemanjaan serta perhatian dan kasih sayang, bergurau, canda, tawa, berlari-larian seakan semuanya menjadi Indah. Ketika itu saat Ia Duduk dibangku kelas dua MTs di Barul Ulum, semester dua. Seorang yang menjadi tulang punggung keluarga, sosok pria yang selalu melimpahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknnya, menghabiskan waktunya dengan usia yang sudah tua untuk tetap mencari uang demi membiayai kebutuhan serta kehidupan kami. Kini terbaring lemah tak berdaya. Dengan badan yang tampak terlihat kurus sekali. Hari berganti hari, mingu berganti minggu serta bulan pun ikut berganti tapi keadaan ayahku masih tidak ada perubahan. Dan kehidupan pun semakin sulit sementara aku memiliki satu orang kakak wanita yang masih masih duduk dibangku Kelas satu SMA, dan seorang ibu yang sudah tua. Sementara kakak-kakak ku mereka sudah memiliki tanggunga jawab masing-masing itupun mereka semua tak ada yang dekat tepatnya berada di luar daerah semua. Karena sudah menjadi adat dan tradisi ketika seorang wanita yang sudah menikah maka iapun akan ikut bersama suaminya.
Sementara aku berpikir dalam kesunyian, dengan kehidupan yang semakin sempit dan semuanya membutuhkan uang. Tapi aku tak akan membiarkan ibu tercinta yang sudah tua memikul semuanya seorang diri. Begitu juga walau ia adalah kakak ku, lebih tua dari aku, tapi ia adalah seorang wanita, Dan sebentar lagi ia akan menyelesaikan Sekolah menengahnya. Untuk itu aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu ibu ku untuk mencari uang sehingga kakak ku dapat menyelesaikan pendidikannya. Karena aku juga memiliki tanggunga jawab sebagai anak laki-laki dalam keluarga ini.
Tidak...Tidak bagaimanapun kau harus tetap menyelesaikan sekolah mu.! Bentak kakak ku, selesai aku mengutarakan maksudku kepadanya. Bentar lagi kau kelas tiga dan lulus. Setidaknya kau selesaikan dulu MTs. Tidak kak, (Dengan air mata yang ikut menetes sebagai saksi pilu hatiku saat itu), Tidak kak biarlah aku memutuskan sekolah untuk sementara, sementara ayah masih sakit, kita tidak bisa mengandalkan ibu sendiri dengan usianya yang sudah tua. Sementara kakak fokus saja dengan pelajaran untuk menyelesaiakan Sekolah kakak. Baiklah kalau begitu kita akan bersama-sama membantu ibu untuk menambah pemasukan, tanpa kau harus berhenti sekolah, Tegas suara kakak ku. Dengan mata yang berkaca-kaca perlahan aku mendekat dan memegang kedua tangan kakak ku, dan berkata. Percayalah kak. Pertimbangkan semuanya. Aku juga tidak mau memutuskan sekolahku, aku akan tetap melanjutkannya nanti jika kakak sudah selesai sementara itu pasti kakak sudah ada modal untuk mencari pekerjaan stidaknya sesuai dengan ijazah yang kakak miliki.
Kakak pun tak mampu membendung kesedihannya dengan segera ia memelukku, sementara ibu yang menyaksikan ikut larut dalam kesedihan dan memeluk kami berdua. Maafkan kami nak, yang tak mampu membuat kalian bahagia. Tapi kami telah memberikan yang terbaik sebisa kami terhadap kalian. Tidak bu, ini semua sudah dari cukup. Kamipun bahagia. Jawab aku dan kakak ku, seketika itu dengan serentak. Trimakasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepada kami bu.
Hari pun telah ku lalui dengan suka dan keikhlasan, semua pekerjaan yang bisa ku kerjakan dan tentunya yang menghasilkan uang ku lakukan. Baik upahan membersihkan sawo, menjual kelapa dan membantu ibu di pasar. Tiba-tiba disuatu hari, dimana langit menjadi gelap, cuaca yang tak bersahabat, menjadi hari yang kehilangan bagiku, dimana Ayah ku pergi meninggalkan kami selamanya, untuk bertemu Sang Khalik. Rasa kehilangan yang sangat besar bagiku, tak ada kesempatan untuk berjumpa lagi, walau ia lemah, karena sakit nya sehingga tak berdaya repuk diatas kasur. Menjadi obat kelelahan ku saat aku lelah dari bekerja. Maafkan aku ayah jika aku tidak bisa membuatmu bahagia. Tapi aku berjanji akan membuatmu bangga sehingga apa yang telah kalian lakukan untuk ku, atas jerih payah yang selama ini
Tiga tahun sudah ayah tersiksa oleh penyakitnya yang membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Dan tahun ini adalah tahun yang ku nanti dimana aku akan melanjutkan sekolah ku, bukan berarti aku senang atas kematian ayah. Dua tahun sudah berlalu, kini hari pertamaku menginjakkan kaki ku di MTS Barul’ulum. Kemudia akupun menghadap pimpinan ia pun memberikan petuahnya kepada ku, marzuki jika kau ingin benar-benar sekolah. Maka rajinlah, jika kau memiliki cita-cita maka semangatlah dan berusahalah untuk meraihnya. Karena untuk menuju kebahagian itu tentu jalannya tak akan selalu mulus. Itulah kata-kata pimpinan pondok pesantren Barul’ulum yang selalu ku ingat. Dari itu  maka diri ini berazam untuk dapat mengubah kehidupan ku dan keluarga menjadi lebih baik lagi. Belajar dengan sungguh dan giat sehingga dari MTS dan Aliah aku selalu mendapat predikat yang menurutku adalah baik disini. Baik bahasa,pramuka maupun drumb band   ketika perlombaan di sekolah.
Langitpun tampak cerah, seolah bersahabat dengan ku, angin yang berhembus membawa kesejukan tersendiri. Lambaian kebahagian,  ilalang pun tertuju kepada ku. Membuat arti hari ini adalah hari kebahagian tersendiri buatku. Karena hari ini semuanya tampak senang saat aku mendapati mereka semuanya. Tapi  Apa yang ku dapati hari ini, Banyak sekali teman-teman yang mengerjaiku, dengan nomor-nomor yang tak ku kenal. Untuk yang sekian kalinya Aku berusahapun untuk sabar dan khusnuzon tapi emosipun tak dapat ku kendalikan. Akupun menjawab telephone dengan nada marah dan keras. Halo, halo, aku pun mengulangi nya beberapa kali. Ni siapa? (tegas ku, dengan nada marah!). Ni marzuki ya? Jawab pria asing itu. Ia, ni siapa? Akupun berusaha untuk bertanya lagi. Anda diterima, besok diharapkan ke IAIN. Ternyata yang menghubungi ku itu adalah pengurus bidik misi. Akupun segera meminta maaf, maaf  pak aku fikir teman-teman ku sedang mengerjaiku, habisnya tadi ada yang mengerjaiku. Serasa aku tak mempercayai semua ini. Dengan tumpukan-tumpukan sawo yang berada disekelilingku menjadi saksi atas kenikmatan yang telah diberikan kepada ku pada hari ini. Aku tak habis pikir aku akan diterima menjadi salah satu mahasiswa di IAIN, pimpinan yang memberikan kesempatan itu kepada ku, karena ia mendapatkan informasi dari salah satu petugas yang mengawas sebagai UAN pada sekolah Madrasah Tsanawiyah  waktu itu independen dari Provinsi, salah satu dosen dari IAIN yang sedang mensosialisasikan Fakultas Dakwah. Dari situlah kami mengetahui dan mendapatkan sedikit gambaran tentang IAIN.

Setiap orang tentunya memiliki kisah hidup, dan perjalanannya masing-masing sebelum ia mendapatakan apa yang ia hajatkan dan ia inginkan. Tentunya seperti yang di inginkan oleh marzuki. akhirnya iapun dapat  mewujudkan impiannya bisa melanjutkan pendidikannya ketingkat yang tinggi dengan bermodalkan bahasa Arabnya, walaupun tidak sefasih anak yang belajar di Pesantren Modern.

CALON JURNALIS MUDA

Kisah nyata dari sahabat karib





            Berawal dari kisah  seorang mahasiswa Asing (Malaysia) sebut saja Mohd Asrul bin Mohd Noor. Mula-mula saya mendapatkan informasi secara mendetail dengan menggunakan metode wawancara. sebelum datangnya ia ke Indonesia, dia masih kuliyah D3 di negaranya yakni Malaysia dengan mengambil Fakultas Dakwah yang dimana Perguruan tinggi tersebut terdapat Fakultas yang berbeda-beda. Di antaranya: Fakultas  Dakwah, Syari’ah, Bahasa Arab, Mu’amalat dan Tahfidz wal Qira’ah. Setamatnya D3 disana ia ingin melanjutkan studinya ke Timur Tengah khususnya (Al-Azhar mesir atau di Yordania), bahkan cita-citanya ini sudah lama terpendam dalam hatinya sejak masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Akan tetapi karena ada suatu kendala, yaitu MoU (Memorandum of  Understanding) yaitu kerjasama yang dilakukan oleh pihak kampus tersebut dengan pihak kampus yang ada di Timur Tengah itu dibatalkan. Sehingga dia tidak bisa melanjutkan studinya kesana. Tetapi dengan berjalannya waktu dia selalu mencari infomasi demi melanjutkan studinya ke jenjang S1 (strata satu), tanpa mempunyai rasa putus asa sedikitpun, setelah kesana kemari mencari informasi akhirnya dia mendapatkan juga informasi tersebut. Yakni dalam informasi itu ada MoU antara pihak kampusnya dengan pihak kampus Institut Agama Islam Negeri Lampung ini. Dan dia menerimanya lalu beliau mendaftarkan diri dengan sepuluh orang temannya, dengan mendapatkan beasiswa tersebut dia sangat bahagia walaupun dia harus meninggalkan anggota kelurga dan temannnya demi cita-citanya.
            Setelah dia selesai mengurus syarat-syarat keimigrasian dan syarat-syaratnya untuk perkuliahan yang akan dibawa ke Indonesia, setibanya di Indonesia dia bersama teman-temannya di  sambut oleh pihak kampus yang ada di Institut Agama Islam Negeri lampung ini. Kemudian mereka di tempatkan di Rusunawa (Asrama Ma’had Al-Jami’ah) yang terletak tidak  jauh dengan kampus. Hari demi hari mereka lalui kehidupan di Asrama tersebut, rupanya mereka mendapatkan sedikit kesulitan dalam  beradaptasi karena bahasa yang agak berbeda, tetapi semua itu suatu hal yang biasa bagi mereka. Tak  lama kemudian hampir satu minggu dia berada di kampus ini dia dan teman-temannya bingung akan mengambil jurusan apa.? Sosialisasi yang di berikan oleh pihak kampus kepada mereka telah jelas bahwa di kampus ini terdapat empat Fakultas yang berbeda yakni: Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, Ushuludin dan Dakwah. Dari sosialisasi tersebut awalnya dia dan empat orang temannya khususnya akan mengambil Fakultas Dakwah dan jurusan yang berbeda, beliau (Asrul) ingin mengambil Jurusan Menejemen Dakwah, dan empat orang temannya akan mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tetapi setelah itu mereka kembali bermusyawarah dan mereka sepakat untuk mengambil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memudahkan pengurusan Administrasi dan lain sebagainya. Setelah mereka mantap untuk mengambil Fakultas dan Jurusan tersebut mereka memulai perkuliahannya, ternyata pada awal studinya itu mereka mendapat kendala yakni sulit untuk memahami mata kuliah yang ada. Dikarenakan waktu di Malaysia mereka focus terhadap Islamic Study (studi-studi keislaman), sedangkan disini mereka menghadapi mata kuliah umum juga seperti (jurnalistik, komunikasi massa, psikologi komunikasi dan lain sebagainya). Sehingga dari empat temannya (perempuan) bermusyawarah untuk pindah Fakultas dan Jurusan yakni di Ushuludin pada jurusan Tafsir Hadits. Akan tetapi dia (mohd Asrul bin mohd Noor), ini tetap istiqamah untuk melanjutkan studinya di Fakultas dan jurusan yang telah di ambilnya itu, yah walupun dia juga merasakan kesulitan untuk memahami mata kuliah yang ada ketika itu, tetapi itu semua bukanlah suatu penghambat bahkan semua itu adalah sebuah tantangan, kata beliau.
            Walaupun sulit untuk memahami mata kuliyah yang ada dengah penuh kesabaran dan keseriusan sehingga sukses dengan bukti bahwa dia dapat mengikuti dan memahami mata kuliyah dengan baik dan selalu mendapatkan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi dan memuaskan. Dengan bergulirnya waktu pihak Kementrian Agama mengadakan semacam studi banding untuk mahasiswa asing, dengan adanya acara tersebut ternyata dia terpilih sebagai duta mahasiswa Asing dan dia dapat mengikutinya. Acara yang pernah dia ikuti itu terletak di beberapa wilayah yaitu: di Bandung (Garut),Bandung (Daarut-Tauhid), dan Jakarta. Dia kuliyah disini juga mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama satu tahun sekali, beasiswa tersebut cukup membantu biaya pendidikannya disini dan selebihnya itu adalah biaya sendiri. Sudah hampir satu tahun setengah dia melewati pembelajarannya di kampus ini agaknya dia mempunyai perasaan sedih pada akhir perkuliyahannya, dikarenakan yang semula berangkat bersama dari Malaysia akan tetapi pulangnya tidak bersama lagi, dikarenakan teman-temannya hanya mengambil dua semester sedangkan dia mengambil tiga semester, itu semua karena kebijakan dari pihak masing-masing Fakultas. Sehingga teman-temannya dapat lebih dulu menyelesaikan perkuliyahannya, dapat menyusun skripsi dan dapat wisuda pada  waktu yang telah di tentukan oleh pihak kampus. Sementara dia tidak bisa, karena masih ada mata kuliyah yang belum diambil (prasyarat). Akibatnya dia terlambat, tetapi semua itu bukanlah suatu kendala bagi dia, yang penting bagi dia adalah kuliyah selesai dan apa yang diinginkannya tercapai.
           
Jangan fikirkan darimana anda datang, tapi fokuskan kemana anda akan pergi.



PERSYARATAN MASUK S2 DI AL-AZHAR BAGI MAHASISWA DARI INDONESIA

Program S2 Universitas Al-Azhar

Pada tahun akademik 2007/2008 pendaftaran program S2 di Universitas Al-Azhar terbuka sepanjang tahun. Pendaftaran dilakukan secara langsung di kantor bagian Program Pascasarjana Gedung Rektorat Universitas Al-Azhar Nasr City Cairo Lantai IX untuk Putra dan lantai IV untuk putri.

Lulusan S1 Universitas al-Azhar
Syarat-syarat yang diperlukan oleh lulusan S1 Universitas Al-Azhar adalah sebagai berikut:
  1. Ijazah asli atau Syahadah Muaqqatah;
  2. Transkrip nilai asli;
  3. Syahadah Milad/Akte kelahiran asli;
  4. Fotokopi paspor;
  5. Pas Poto sebanyak 6 lembar;
  6. Mengisi formulir pendaftaran
  7. Mengajukan Surat Permohonan untuk diterima masuk program S2 yang ditujukan kepada Dekan Fakultas.
Ujian masuk program S2 diadakan dalam empat periode dalam satu tahun : periode Februari, Mei, Agustus dan November. Bertempat di tiap-tiap Fakultas yang bersangkutan. Materi yang diujikan berupa Al-Quran (lisan dan tulisan). Untuk mahasiswa asing non-Arab, diwajibkan hafal Al-Quran 8 juz
 .
Lulusan S1 Non Universitas Al-Azhar
Setiap calon mahasiswa lulusan S1 non Universitas Al-Azhar yang ingin melanjutkan studi program S2 di Universitas Al-Azhar, terlebih dahulu harus memproses akreditasi ijazah S1 yang dimiliki.

Sejak tahun akademik 2002/2003 Ijazah S1 Fakultas Syariah dan Ushuluddin UIN/IAIN/STAIN secara institusional diakreditasi oleh Universitas Al-Azhar, sehingga setiap pemegang ijazah kedua fakultas tersebut dapat langsung mendaftar program S2 tanpa melalui proses akreditasi. Namun mulai tahun akademik 2005/2006 hingga sekarang, akreditasi ijazah dilakukan secara perorangan, masing-masing mahasiswa yang akan melanjutkan studi program S2 harus memproses akreditasi ijazahnya.

 
الاوراق المطلب لتقد م لمرحلة الماجستير


صورة من شهادة الثانوية

اصل شهادة بكالويوس او الليسانس (موثق من الخارجية للدولة التابع لها الشهادة والقنصلية هناك) وتكو الشهادة بتقدير عام (جيد) عل الاقل

اصل كشف الدرجات لمرحلة الليسانس (سنوات الدراسات) (موثق من الخارجية للدولة التابع لها الشهادة والقنصلية المرية هناك)

دليل الكلية (الخطة الدراسية) مضحابه المحتوى العلمى للمواد الدراسية بسنوات الدراسة وعدد الساعات لكل مادة

صور فوتو غرافية من الشهادات والأورق المدمة

خطاب من السفارة التابع لها الطالب بجمهورية مصر العربية بإسم أ.د/ نائب الأزهر لشؤون التعليم والطلاب

رسم العادلة (500) جنيه مصرى فقط

على ان تكون جميع الأورق بااللغة العربية وموثقة من جميع جهات الإختصاص

Syarat yang diperlukan untuk memproses akreditasi ijazah S1:
  1. Fotokopi ijazah SMU/MAN dan yang sederajat;
  2. Ijazah asli S1 dan terjemahannya, keduanya dilegalisir oleh Deplu RI dan Kedutaan Mesir di Jakarta, beserta fotokopinya;
  3. Transkrip Nilai asli S1 dan terjemahannya, keduanya dilegalisir oleh Deplu RI dan Kedutaan Mesir di Jakarta, beserta fotokopinya;
  4. Kurikulum Fakultas dalam bahasa Arab (Fakultas eksakta bisa dalam bahasa Inggris). Menerangkan materi-materi yang dipelajari setiap tahun berikut jumlah jam tiap-tiap materi perminggu dan ditandatangani oleh Dekan Fakultas;
  5. Membayar biaya akreditasi sebesar LE 500,-(Lima Ratus Pound Mesir).

Tempat & Waktu Proses Akreditasi
Berkas di atas diserahkan ke Panitia Penyetaraan Ijazah kantor bagian Pengajaran dan Mahasiswa Universitas Al-Azhar Gedung Rektorat lantai III (Untuk Fakultas eksakta proses akreditasi di kantor Majelis Tertinggi Urusan Perguruan Tinggi Mesir). Proses akreditasi bisa dilakukan sepanjang tahun. Biasanya memakan waktu yang cukup lama sekitar 3 – 5 bulan.

Calon mahasiswa atau yang mewakilinya diharapkan untuk aktif mengikuti perkembangan proses akreditasi tersebut. Jika ijazah dinyatakan mu'adalah, maka yang bersangkutan melengkapi persyaratan lainnya seperti fotokopi paspor, pas foto, akte kelahiran dan mengikuti ujian masuk di Fakultas.  

Senin, 17 Agustus 2015

HANYA SEBATAS KENANGAN

Kisah CintaQ

Kenanganku dng’Y
Adakah Cintamu Untukku……???
Mendung awan menemani hatiku
Gemercik air membuat resah hatiku
Daku terdiam seorang diri
Menemani fotomu yang kian kian membuatku rindu…..
Terasa letih ku berjalan tanpamu
Meski jauh jalan yang kutempuh
Bayangmu selalu menemaniku…
Saat engkau dan aku tak menyatu
Hatiku tetap tertuju akan cintamu
Karena cinta yang membuat aku terbangun
Saat mengenal indahnya bersamamu…..
Kasih….!!!
Adakah cintamu untukku…??
Apa yang kau rasakan, seperti yang kurasa…??
Aku tenggelam dalam lautan cintamu
Meski engkau telah surut
Meski engkau telah pupus
Kesegaran bersama, kini masih kurasa..
Benih cinta ini masih tersisa
Bisakah kita bina bina kembali..??
Agar lautan cintamu semakin damai
Melangkah kembali bersamaku…..DISINI

14 September 2011 pukul 19:29

BIOGRAFI SINGKATKU






KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga saya  dapat terus  berusaha dalam menempuh ilmu hingga ke Negeri Kinanah (Baca:Mesir) ini.  Shalawat dan salam semoga Allah selalu curahkan  kepada kekasih-Nya yaitu Sayyidina Wa Maulana  Muhammadin SAW. Pada keluarga, sahabat serta  pengikutnya yang taat pada ajaran-ajaran beliau hingga akhir zaman.
Saya  sengaja mengawali dan menyusun  cerita ini, demi mengingatkan sejarah hidup yang pernah aku alami hingga saat ini agar  supaya menjadi tolak ukur sejauh mana rasa syukurku  kepada-Mu atas umur yang telah Engkau berikan kepadaku hingga umurku menginjak dewasa saat ini serta sebagai motivasi untuk menjalani hidup kedepan agar menajadi insan yang lebih baik.


RIWAYAT HIDUP
          Penulis dilahirkan di Desa Gunung Sari Kec. Rebang Tangkas Kab. Way Kanan Propinsi Lampung pada tanggal 11 November 1989, anak ke enam dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak M.Junaidi (Alm) dan Ibu Siti Syarifah. Jenjang pendidikan pertama yang penulis tempuh adalah  Roudlotul Athfal (RA) Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum tamat pada tahun 1996, lalu penulis melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI)  yang lulus pada tahun 2002,dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Bahrul Ulum pada tahun 2007, selama sekolah  Madrasah Tsanawiyah ini tepatnya pada kelas dua ketika itu masih semester satu penulis pernah putus sekolah selama dua Tahun kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyah pada Almamater yang sama dan lulus pada tahun 2010, dan penulis ucapkan Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Karena berkat kasih sayang-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulispun dapat melanjutkan pendidikan tingginya dengan jalur Beasiswa BIDIKMISI pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri yaitu di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Alhamdulillah dengan lantaran jalur beasiswa tersebut penulis dapat melanjutkan pendidikannya dan dengan pertolongan Allah penulis bisa menyelesaikannya tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai s1 (strata satu) yang seharusnya mengikuti prosesi wisuda bersama teman-teman seangkatan, penulis dengan seorang teman  namanya Rahmat Hidayat mempunyai keinginan  untuk melanjutkan s2 (strata dua) ke UIN Sunan  Kalijaga Yogykarta. Namun itu semua sirna dengan adanya informasi dari seorang teman tentang perkuliahan yang ada di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif  yang terletak di Kairo Mesir. Yang memang sebelum-sebelumnya penulis sudah menunggu informasi darinya yang telah lebih dulu berangkat ke Mesir, dia memberikan informasi kepada penulis bahwa kamu bisa berangkat kesini (Azhar) dengan beberapa syarat yaitu: terjun bebas dengan menggunakan visa turis serta harus masuk di Ma’had (setingkat SMP/SMA) terlebih dahulu sebelum kuliah. Dengan adanya persyaratan tersebut penulis mencoba bermusyawarah dengan kelurga, setelah semua penulis utarakan niatnya untuk belajar kesini keluarganya pun menyetujuinya.  Akhirnya penulis pun berangkat bersama teman-teman yang lain yaitu Abduttaufiqurrahman (Way Kanan, Lampung), Muhammad Aziz Ramadhan (Kotabumi, Lampung), Bambang (Lombok, NTB) serta teman-teman yang lain.

Singkat cerita penulis pun berangkat kesini dengan menggunakan visa turis, keberangkatan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta terminal II, di Jakarta. Dari Bandarlampung kami melaju menuju Jakarta dengan mengendarai mobil Avanza yakni tepat pada hari rabu tanggal 10 September 2014, kami sampai  Bandara pada malam hari sekitar pukul 08:30 wib setelah beberapa saat kami menunggu bang Ediya Johan yaitu orang yang mendampingi keberangkatan kami hingga yang mengurus proses pendaftaran di Ma’had dan sebagainya. Beberapa saat kemudian kami bertemu dan beliau mengumpulkan kami semua untuk memberikan tiket, visa serta sekaligus membicarakan teknis pemberangkatan kami menuju Kairo. Setelah lama menunggu, saya dan temen-temen take off sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada kamis dini hari pukul 04:30 wib menuju Kuala Lumpur dengan maskapai penerbangan Malaysia Airlines sampai sekitar  pukul tujuh  pagi waktu Malaysia, dua jam kami transit disini lalu kamipun melanjutkan perjalanan menuju Oscat (Oman) dengan maskapai Oman Airways sampai sini sekitar pukul setengah dua siang waktu setempat, di Bandara ini kamipun kembali transit take off  menuju Kairo yang dimana tempat tersebut adalah tempat yang sangat kami impi-impikan selama ini untuk dapat menimba ilmu agama di kota seribu menara tersebut. Sekitar kurang lebih lima jam kemudian alhamdulillah kami landing di Bandara Internasional Kairo dengan selamat, kamis pada tanggal sebelas September 2014 sekitar waktu maghrib kami tiba disini, Kairo.    

            Setibanya disini penulis sedikit terkejut melihat keadaan kota Kairo yang agak carut marut, bahkan penulis pribadi mulai agak pesimis kala itu setelah melihat administrasi yang kurang teratur, baik administrasi perpanjangan visa turis, proses pendaftaran ma’had ataupun administrasi yang lainnya. Disini rata-rata masih menggunakan sistem manual dalam pemrosesan semua administrasi, makanya terlalu lama dan menunggu antrean yang sangat panjang bila ingin mengurus suatu administrasi apapun.

            Selama satu bulan kami berempat tinggal bersama di rumah broker yang mengurus kami yakni di suatu perkampungan  yang bernama el-marg           yaitu desa yang agak lumayan jauh dari kota Cairo, waktu satu bulan tersebut kami gunakan untuk memperpanjang visa serta proses pendaftaran ma’had. Setelah selesai semua urusan saya berinisiatif untuk mencari tempat belajar  tahsin serta tahfiz Al-Qur’an sekaligus bermukim ditempat tersebut, kemudian setelah bertanya-tanya dengan teman akhirnya penulis dan ikut juga saudara taufiq yakni di MAQURAA (Majelis Al-Qur’an Amru Abbas El-Akkad) yaitu tempat belajar Qur’an serta tempat bermukimnya beberapa santri dari Indonesia termasuk penulis dan taufiq, majelis tersebut di pimpin oleh seorang muqri (orang ahli qiroat) yaitu Ustadz Arief Wardani Al-Indunisiy beliau adalah seorang yang ahli dalam bidang Al-Qur’an, beliau telah hafidz Qur’an, empat belas Qiraat seluruhnya telah beliau hafal serta matan tajwid (Tuhfatul Athfal dan Jazariyyah)  dan itu semua sudah mempunyai sanad sehingga beliau berhak memberikan sanad kepada orang yang berguru kepada beliau. Memang beberapa waktu sebelum saya berangkat kesini saya sudah sedikit banyak mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di MAQURAA ini melalui media sosial yang pada waktu itu dikasih tahu seorang teman yaitu saudara Indra Sutiawan  yang sudah beberapa bulan tinggal disini, berangkat dari itu semua alhamdulillah sayapun dapat belajar bareng ditempat tempat tersebut dengan teman-teman yang lain, baik belajar tahsin, tahfidz, maupun belajar kitab-kitab turats lainnya hingga saat ini.          
                       
            Setelah tinggal di MAQURAA selama empat bulan penulispun pindah ke Darrasah dekat dengan  Masjid dan kampus Al-Azhar yaitu daerah yang dimana banyak ditempati oleh Mahasiswa Indonesia karena disini (Darrasah) selain dekat dengan kampus juga disinilah banyak tempat-tempat talaqqi (Mulazamah) berbagai fan ilmu kepada para Masyayikh Al-Azhar. Diantara tempat-tempat talaqqi di daerah ini yaitu di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif, Masjid Sidi Dardiri, Masjid Sayyidina Husein,  Madhifah Shaikh Ali Jum’ah, Madhifah Shaikh Shalih Shadiq Al-‘Adawi, Madhifah Shaikh Imran Ad-Dah dan Madhifah lainnya. 

            Disini penulis tinggal beberapa bulan bersama teman-teman Indonesia satu rumah di antaranya yaitu mas Imam Syafi’i (Brebes, Jawa Tengah), Muhammad (Medan, Sumatera Utara), Ogi (Kuningan, Jawa Barat),  Indra Sutiawan (Kalianda, Lampung), Kamaluddin (Bandung, Jawa Barat), Riki Turnando (Jambi),  Muammar Riswan (Jambi), Saiful Anwar (Bekasi, Jakarta), Kafabi (Purbalingga, Jawa Tengah), dan Muhammad Ikliluddin (Kotabumi, Lampung).

            Aktifitas sehari-hari yang penulis lakukan ketika di Darrasah yaitu pagi hingga jam satu siang belajar di Dirasah Al-Khassah (Kelas Khusus) atau kelas persiapan masuk Ma’had jika memang ingin masuk Ma’had, ada juga yang dari Indonesia langsung ikut test Tahdid Al-Mustawa (ujian masuk ma’had). Jadi, tergantung masing-masing individu. Setelah itu penulis ikut muhadharah atau talaqqi bersama Shaikh walaupun tidak terlalu aktif seperti teman-teman lainnya. Setelah beberapa bulan masuk Dirasah Khassah akhirnya libur karena musim panas. Waktu yang sedikit singkat untuk mengenal bagaimana tempat lautan ilmu itu diajarkan disini, tak lama setelah itu penulis pindah lagi ke tempat yang baru yaitu di daerah yang lumayan jauh dari keramaian tepatnya di Thub Romli, Hay Asyir (District’10) sekitar satu jam dari Darrasah. Disini saya tinggal bersama beberapa orang yaitu Tanto (Cilacap, Jawa Tengah), Muh. Hamam Nasyiruddin (Ponco Warno, Lampung), Zulfi (Jawa Tengah), dan Syukron (Jawa Tengah).

MALAM YANG TAK TERDUGA BISA BERPELUKAN LANGSUNG SAMA GRAND SYEIKH AL-AZHAR PROF.DR.AHMAD THAYYIB

Malam ini temanya cipika-cipiki.
---
Bagitu bahagianya jika seorang pendamba bisa bertemu dengan seorang yang didambakan banyak orang tak kecuali diriku, bagiku malam ini adalah malam yang begitu membahagiakan hati.
Sore-sore setelah pulang belanja hingga sampai rumah temen satu rumah bilang" eh kak nanti di masjid sidna Husein ada Isra' Mi'raj dan dihadiri Grand Syeikh Ahmad Thayyib serta ulama besar lainnya lo..jam berapa.. ??tanyaku agak sedikit terkejut. Setelah Maghrib, kata temenku".Akhirnya, sayapun menyelesaikan masakanku sebelum maghrib dan makan bersama, setelah itu saya bersiap-siap mandi dan shalat maghrib. Usai melaksanakan shalat maghrib kamipun berangkat menuju masjid Sayyidina Husein RA.
Ternyata sampai di masjid tempat sudah penuh berjejalan dengan orang-orang yang mengahadiri acara tersebut, sayapun duduk dan mencari celah agar dapat maju ke barisan depan namun awalnya sedikit kesulitan karena tempatnya dibatasi dengan kursi yang memang tempat tersebut khusus untuk para ulama azhar.
Karena datang agak terlambat, sayapun hanya dapat mendengarkan mauidhah hasanah terakhir yang diisi oleh salah satu ulama senior Al-Azhar yaitu Prof. Dr Ahmad Umar Hasyim, ulama dalam bidang hadits.
Selang beberapa menit beliau mengakhiri ceramahnya, lalu majulah orang lain untuk melantunkan shalawat dan tak lama setelah itu acarapun selesai. Tak ku sadari banyak orang besar-besar dari belakang pada maju kedepan untuk melakukan penjagaan terhadap Grand Syeikh yang ingin keluar menuju mobil beliau.
Awalnya sih saya kurang ngeh gitu kalau yang di kerumuni banyak orang itu adalah Grand Syeikh, namun setelah saya dapati wajah beliau sayapun langsung mencari celah untuk dapat bersalaman dengan beliau, alhamdulillah walau dengan bersusah payah akhirnya diri ini bisa bersalaman sekaligus memeluk serta cipika-cipiki layaknya seorang anak kepada ayahnya. Ku berharap pertemuan ini bukanlah pertemuan yang terakhir dan semoga ada pertemuan selanjutnya untuk dapat bermulazamah dengan beliau.

Sungguh elok parasnya, mulia akhlaknya, tawadhu serta zuhudnya. Semoga Allah selalu menjaga beliau dari orang-orang yang dzalim dan menberikan umur yang panjang sehingga dapat bertemu lagi nanti. Aamiin
Berikut biografi singkatnya.
----
Beliau adalah Imam Agung Syaikh Azhar Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Thayyib. Lahir pada tanggal 3 Shafar 1365, bertepatan dengan tanggal 6 Januari 1946 di sebuah daerah di provinsi Qina, Mesir sebelah selatan. Beliau lahir dari sebuah keluarga yang memiliki nasab yang bersambung kepada Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah. Sejak kecil beliau gemar menghadiri majlis perdamaian antar suku yang diadakan oleh kakeknya Syaikh Ahmad Thayyib dan ayahnya Syaikh Muhammad Thayyib, bahkan beliau pun
tetap mengikuti majlis itu ketika telah menjadi Syaikh Azhar saat pulang ke kampung halamannya.

Masjid Sayyidina Husein RA, 14 Mei 2015

KISAH BEJAT SEORANG DOSEN

GURU adalah orang yang harus bisa di gugu dan ditiru itu memang benar adanya..
Beberapa tahun lalu kami hidup bersama keluarga KPI dengan penuh suka duka telah menghampiri, namun setelah lama kami tak bertemu dengan mereka yang sangat luar biasa itu sekarang tinggalah kenangan indah yang tersisa.
Keadaan ini semakin terasa sangat indah ketika kami berjauhan dan saling berkomunikasi melalui media sosial yang ada, seperti BBM, facebook, line, WhatsApp dan lainnya. Oh memang indah hidup ini jika dirasa.
Setelah lama kami tak jumpa karena kesibukan masing-masing, ada yang melanjutkan pendidikan, menjadi guru, pegawai Bank, ibu rumah tangga, ada yang kursus bahasa korea karena berharap ingin bekerja di korea sekaligus melanjutkan pendidikannya disana, ada juga yang menjadi santri (sana sini cari isteri) dan ada juga yang masih di kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Empat tahun kami bersama dalam canda tawa menempuh ilmu di suatu kampus yang hijau, indah nan sejuk. Dalam kebersamaan itu kami pernah mengalami sebuah masalah yang menimpa teman kami, yang masalah ini bukan hanya berdampak pada kami pribadi namun lebih dari itu jika memang kami diamkan pada saat itu.
Ketika itu kami masih semester awal saat menghadapi masalah tersebut, yakni masalah seorang mahasiswi dengan seorang dosen yang seharusnya dosen tersebut dapat menjadi GURU (yakni orang yang bisa di gugu dan ditiru atau orang yang bisa dipercaya dan dapat memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswa/inya).
Dosen tersebut pernah mengajar kami pada mata kuliyah "Sejarah Peradaban Islam", awal-awal belajar, kami selalu digabung dengan jurusan yang lain seperti PMI dan MD dalam satu ruangan, dosen satu ini sebut saja dengan kata "ib" memang terlihat sedikit semangat mengajar kami dengan metode yang ia tawarkan sangat membuat semua mahasiswa terus belajar lebih giat.
Metode pertanyaan mendadak sering ia lontarkan kepada kami dan anehnya ia selalu memberikan iming-iming nilai bagus kepada siapapun yang bisa menjawabnya, tentunya kamipun berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang dijanjikannya itu, satu lagi metode debat dengan beberapa kelompok lain yang telah dibagi dan ditetapkan sebelumnya, saat berdebatpun kami saling menguatkan argumentasi kami ketika itu. Debat itu akhirnya menimbulkan saling menjatuhkan hingga akhiranya kelaspun menjadi ramai tak kondusif Bahkan dalam perdebatan itu saya masih ingat kata-kata teman yang saat itu menjadi juru bicara pada kelompokku yakni "RH" dia mengatakan dengan suara keras "jangan ada forum di dalam forum" seketika kelas menjadi sunyi.
Dosen yang mengajar kami itu memang sedikit genit tapi ingat lo hanya dosen "SPI" saja yang seperti itu kalau yang lain InsyaAllah baik. Kegenitan itu mulai ketahuan belangnya ketika teman kami bercerita tentang masalah yang ditimpanya, awalnya sih temen kami ini malu menceritakan masalahnya. Namun lama kelamaan dia tidak tahan melihat kelakuan dosen "ib" ini terhadap dirinya yang selalu menteror dengan telfon or sms dengan mengatakan bahwa saya itu suka sama kamu kata si "ib" kepada temen kami tadi. Jika kamu mau sama bapak nanti bapak kasih nilai A+++ padahal kalau dilihat dari nilai skor tertinggi itu hanyalah A, lagi-lagi disini nilai yang ia tawarkan ada tambahan +++ entah gak tahu maksudnya apa, fikir saja sendiri..hihi
Dia sering mengiming-imingi temen kami dengan nilai bagus walaupun tidak mengerjakan tugas apapun, tapi perlu diingat teman kami tetap mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswi walaupun ada imbalan seperti tadi, dosen inipun terus mengejar-ngejar mahasiswi yang lumayan mendinglah rupa dan bodinya(?) hehe.. Tapi lama kelamaan dia bercerita dengan kami sekelas atas kejadian yang telah menimpanya.
Kamipun sebagai saudara satu jurusan ingin membantu dia dengan cara kami tidak mau diajar lagi olehnya dan ini memang terjadi saat itu waktunya penulis yang mendapat jatah presentasi kelas pada mata kuliyah tersebut, maka kami membuat kesepakatan tidak akan masuk kecuali mengutarakan keinginan kami dan minta maaf kami karena enggan lagi diajar olehnya.
Akhirnya pihak fakultaspun mengetahui masalah tersebut sehingga si "ib" dipanggil oleh dekan dan di sidang atas kelakuan yang tidak senonoh yang dilakukan kepada mahasiswanya tadi, setelah itu si dosen ini mendapat ganjaran dengan di skors agar tidak mengajar selama dua bulan dengan dalih agar supaya ia tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Setelah beberapa bulan kemudian ia sudah mulai menampakkan batang hidungnya lagi untuk mengajar tapi mengajar jurusan yang lain karena kami merasa sakit hati terhadap prilaku bejatnya itu, mengapa saya katakan bejat disini karena si dosen satu ini memang pernah punya masalah yang memalukan yaitu pernah cabul terhadap seseorang yang magang di kampus kami sebelum kami kuliyah disitu atau tepatnya tiga tahun sebelumnya, Yaitu pada tahun 2007 lalu.
Memang nafsu hewaninya lebih kuat daripada akal sehatnya, masalah seperti ini kembali terjadi beberapa hari yang lalu dengan dosen yang sama tapi korban yang berbeda dan parahnya lagi dia melakukan plagiarisme terhadap buku seseorang yang dia akui dan cetak kembali dengan memakai namanya. Sehingga terjadi demo dari semua fakultas untuk segera memecat dan membawa dosen tersebut ke ranah hukum. Oh sungguh luar biasa bejatnya si dosen ini ya, semoga Allah memberi hidah kepadanya sehingga ia sadar akan perbuatannya itu.
Sekedar pesan sih, jika ingin menjadi seorang dosen, ataupun tenaga pendidik lainnya jadilah GURU (bisa di gugu dan ditiru), seperti kata Bapak Pendidikan kita ki hajar dewantara " ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani", " di depan memberikan suri tauladan yang baik, ditengah-tengah membangun cita-cita yang luhur ,di belakang memberikan dorongan".

Kairo, 25 April 2015

SALAH SATU KELEBIHAN ULAMA AL-AZHAR

OBROLAN SINGKAT DI DALAM BUS
Seperti yang ku alami kemarin sore diatas mobil bersama seorang teman, secara tak sengaja kami berdua bertemu Presiden PPMI, ustadz Agususanto Chairul Anwar. Seperti biasa kamipun saling salam dan sapa.
Obrolan kamipun lanjut tentang kemulyaan serta ketawadhuannya ulama-ulama Al Azhar." dalam obrolan tersebut mas agus ini menceritakan bahwa syeikh azhar itu adalah orang kaya namun sederhana dalam kehidupan sehari-harinya, bahkan bukan hanya itu saja kata mahasiswa asal bengkulu ini, beliau (syeikh) juga mempunyai kedekatan kepada Allah subhanahu wata'ala".Contohnya saja syeikh Abdussalam, beliau ini sering bertemu dengan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dalam mimpi, dalam keadaan itu beliau melihat banyak ulama besar baik dari golongan orang arab maupun ajnabiy (non arab) yang duduk bersama Rasul, dalam majlis tersebut Rasulullah bertanya kepada para ulama-ulama besar itu" dengan cara apa kamu mendekatkan diri kepada Allah.?dengan ilmu dan hubb(kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya) jawab salah satu ulama, mendengar jawaban tersebut Rasulullah hanya tersenyum".
Dalam kesempatan itu Rasulullah bertanya lagi kepada ulama yang ada dengan pertanyaan yang sama, lalu syeikh Abdussalam yakni salahsatu ulama sepuh Al Azhar menjawab dengan hubb terlebih dahulu baru denagna ilmu, melihat dan mendengar jawaban itu Rasulullah tersenyum serta mengatakan (shodaqta, kamu benar).
Mas agus juga menceritakan perkataan syeikh Abdussalam bahwa Al Azhar ini setiap tahunnya mengeluarkan tiga golongan orang yangbluarbiasa yaitu.
1) Wali
2) Da'i
3) ulama
Subhanallah sekali ya jika setiap hari kita bisa bermulazamah dengan kekasih-kekasih Allah seperti diatas, karena sifat yang diajarkannya seperti tawadhu, sabar serta kesederhanaannya selalu membawa ketenangan dan kedamaian, serta tidak menghilangkan kewibawannya dihadapan manusia.
Diakhir ceritanya, mas agus mengatakan sedikit menyesal kenapa kok gak dari dulu-dulu saya tahu tentang hal itu, makanya setelah mengetahui semuanya dia mengatakan ingin mengajak masisir untuk selalu bersilaturrahim dengan ulama-ulama sepuh azhar karena banyak manfaat yang akan didapatkan, kata dia.

Gamik, 23 Maret 2015

DIALOG KEBANGSAAN



Kairo, (22/6) PCINU Mesir bekerjasama dengan KBRI dan PPMI  ini kembali menggelar dialog kebangsaan yang dilaksanakan di aula Wisma Nusantara. Acara ini dimoderatori oleh Masrukhin, MA salah satu kandidat doktor Univ. Al Azhar. Acara tersebut dimulai pada pukul 20: 30 clt hingga selesai, acara dialog kebangsaan yang mengangkat tema “ Meneguhkan Indonesia  Sebagai Kiblat Peradaban Dunia Islam”  yang  semula dijadwalkan siang hari ini sempat ditunda karena padatnya kegiatan narasumber.
Dalam sambutannya, A. Nur Fauzi Suwandi selaku duta besar RI untuk Mesir ini mengatakan ini adalah sebuah kesempatan emas bagi para masisir karena dapat langsung berdialog dengan orang yang benar-benar ahli dibidangnya terkait dengan tema tersebut diatas. Maka dari itu agar mahasiswa dapat menyebarkan informasi ini kepada semua khalayak agar semua tahu bahwa Islam itu adalah agama Rahmatan Lil’alamin.
Dalam acara tersebut  panitia mengundang nara sumber KH.A. Hasyim Muzadi yaitu salah satu anggota dewan pertimbagan Presiden RI dan Rois Syuriah PBNU untuk menjadi pembicara, disela-sela dialog ini beliau memaparkan tentang sirah Rasul ada tiga titik yang harus kita pegang dalam meneguhkan jiwa dalam berbangsa ini yaitu pertama, turunnya wahyu (keimanan) Iqro”  maka bacalah dengan rasa pengembangan iman tidak cukup dengan rasio makanya harus diimbangi dengan rasa. Tapi kalau mahasiswa banyak ibadah sebagai informasi. Kedua, tidak ada unsur tuhan dalam alam begitu juga sebaliknya tidak ada unsur alam dalam tuhan, pemahaman seperti ini yang masih banyak belum diketahui sehingga mudahnya mengkafirkan orang yang berbeda pandangan dengannya. Ketiga, peristiwa hijrah disitu diajarkan hak dan kewajiban, hak pribadi dan umum. Kenapa negara tidak disebut daulah Islamiyah, karena daulah Islamiyah bertentangan dengan keberagaman yang ada.
Menurut kiai Hasyim negara yang didirikan oleh Nabi itu Mitsaqul Madinah yaitu melalui kesepakatan atau konsensus yang disitu ada rakyat, teritorial serta lainnya. Rasulullah sudah diberi tahu negara yang akan berkelompok-kelompok contohnya ya timteng, kata pengasuh ponpes al hikam malang ini.
Lanjut beliau bahwa dari Mitsaqul Madinah ini ada 47 pasal, namun hanya beberapa pokok yang beliau sebutkan. Pokok  pertama, ukhuwah bainal muslimin. Anak-azhar diminta harus membikin inline tentang perbedaan unsur lalu diskusikan secara ilmiyah, untuk secara ilmiyah dan tidak taasub itu memang susah. Orang kafir saja diberi hak sipil oleh Rasul. Pokok kedua, ukhuwah bainal adyan yaitu Nasionalisme. Pada zaman Rasul, beliau tidak membentuk negara Islam hanya saja tata cara dalam bernegara itu sesuai dengan Islam. Zaman Khulafaurrasyidin Mitsaqul Madinah ini masih berlaku, seperti contoh tanah masjid yang akan  dibangun oleh Amru bin Ash disitu masih mementingkan hak-hak sipil rakyat setempat. Dan setelah Khulafaurrasyidin inilah baru timbul sekte-sekte takfiri yang menjadi perpecahan umat hingga saat ini, pertentangan politik saat ini dijadikan pertentangan ideologis hingga menjadi pertentangan keimanan.
Sekarang di Indonesia kenapa antara Islam dan Kristen bisa bersatu, maka disinilah bedanya walisongo dengan wali jenggot kalau walisongo mengislamkan orang kafir namun wali jenggot malah sebaliknya mengkafirkan orang Islam. Kenapa Imam Syafi’i mengenalkan Al ‘Adah Muhakamah karena dalam budaya tersebut teradapat ilmu, etika serta filsafat. Dan Al-Azhar hingga saat ini masih bisa memegang wasatiyah itu sampai sekarang, jelas mantan ketua umum PBNU dua periode itu.

Pada sesi tanya jawab dibuka dua penanya, saudara Mahmudin menanyakan prihal “sepertinya menag kita sekarang memojokkan Islam dan pernyataan wapres Jusuf  Kalla yang menyinggung tentang toa ngaji di masjid itu adalah polusi suara” sebagai watimpres, bagaimana menurut pak kiai berkenaan dengan hal ini? Lanjut dari penanya kedua oleh saudari Aisyah, di Indonesia khususnya sedang marak-maraknya tentang jaringan Islam Liberal (JIL) dan anti JIL. Nah disini, bagaimana cara pak kiai mengatasi tentang hal ini?


Sebenarnya yang memojokkan Islam itu kelompok ekstrim yang dimainkan oleh orang bukan Islam, dan tidak semua orang non muslim itu dimusuhi karena ada yang dzimmi dan harbi, mereka mencaci terorisme kemudian mengidentifikasikan kepada Islam supaya Islam kelihatan jeleknya. Kalau masalah liberal dan tidaknya itu kan berbeda-beda, ada yang liberal dalam pemikiran ada juga yang liberal secara tindakan, disini saya juga sudah mengajukan tentang hal ini kepada PBB, jawabnya.

MENULIS UNTUK MENGASAH KETAJAMAN BERFIKIR

MENULIS UNTUK MENGASAH KETAJAMAN BERFIKIR 


Kairo, (28/2) LMINU Mesir kembali menggelar pelatihan jurnalistik dan kepenulisan yang dilaksanakan di sekretariat PCINU Mesir. Acara yang dimoderatori saudari Neneng tersebut dimulai siang hingga malam hari. Pelatihan yang mengangkat tema “Masisir Menulis” ini diikuti oleh lima belas peserta yang terdiri dari sepuluh laki-laki dan lima perempuan.
Dalam acara tersebut panitia memilih Bakri Siddiq dan Muhammad Nurthariq, dua orang pegiat media dan kepenulisan di lingkungan Masisir sebagai pembicara. Peserta tampak antusias mengikuti pelatihan ini hingga selesai.
Dalam sambutannya, Mu’hid selaku ketua pelaksana kegiatan menyatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk mendobrak semangat masisir dalam dunia tulis menulis, baik menulis berita maupun opini. Menurutnya, para mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia masih belum dapat menuliskan informasi yang berada disekitar mereka, melihat realita yang ada pada saat ini. Berangkat dari itu semua dia berkeinginan untuk merubah pola fikir masisir yang katanya sebagai "Agent of Change" namun ironisnya banyak yang tidak mampu melakukan hal itu.
Adapun tujuan acara ini yaitu melatih mahasiswa khususnya masisir agar dapat menuliskan berita maupun opini, Namun dalam hal ini Mu’hid lebih menginginkan arah kepenulisan pada opini karena dipandangnya lebih mengasah ketajaman berfikir dan mengungkapkan pendapat dalam bentuk tulisan, kata Mahasiswa asal Jawa Tengah ini.

ANTARA KEINGINAN DAN KEBUTUHAN


Antara Keinginan & Kebutuhan

Ternyata sesuatu yang sangat kita inginkan itu belum tentu baik atau cocok buat kita, seperti yang pernah saya jalani selama ini. Dulu sebelum lulus dari Madrasah Aliyah di salah satu Pondok Pesantren Bahrul Ulum Way Kanan, Lampung.
Saya punya sebuah pilihan untuk melanjutkan pendidikanku waktu itu, pilihan itu adalah antara melanjutkan ke pondok salafiah atau kuliyah. Padahal waktu itu bisa dibilang ekonomi keluarga yang sangat pas-pasanlah, namun keterbatasan itu tidak menyurutkan keinginanku untuk belajar waktu itu.
Setelah mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) dan saya inget bener waktu itu hari jum'at, saya bertolak arah pulang menuju rumah, eh ketika sampai di pintu gerbang ada suara yang memanggil saya ketika menoleh ternyata pak kyai Nurkholis pengasuh pondok tersebut. Beliau memanggil saya untuk kerumahnya seketika itu juga saya menghadap beliau, sesampai dirumahnya sayapun langsung ditodong dengan beberapa pertanyaan yang isinya tentang perkuliahan.
Kira-kira begini pertanyaan beliau waktu itu, "mad awakmu gelem kuliyah..??tanpa basa basi langsung saya jawab--- "njeh pak", beliau menanyakan pertanyaan itu berkali-kali kepadaku mungkin karena beliau ingin meyakinkan keinginanku tersebut. Namun sekali lagi jawabanku tetap sama yaitu "njeh pak (iya pak)".
Setelah beliau merasa yakin atas jawabanku itu, beliau menawarkan sebuah beasisiswa Bidikmisi (thn2010) disalah satu perguruan tinggi yaitu di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan (IAIN RIL) Lampung kepada saya yang waktu itu kuotanya tinggal satu-satunya itu, padahal jujur saja sih saya sendiri tidak tahu IAIN itu dimana karena saking kupernya diriku terhadap dunia luar, yang saya tahu jujur waktu itu hanya unila, stain metro dan ugm.
Beliau ngomong ke saya "lek awakmu gelem kuliyah tenan iki persyaratane ditulis" beliau menyebutkan satu persatu persyaratan tersebut bla bla bla.."awakmu urus dewe persyaratane, lek wes lengkap terno dewe neng IAIN" , kata belaiu "awakmu gor enek wektu rong dino, dadi sok minggu kudu teko kono berkas-berkasmu kui, sambil beliau memberikan alamat tujuannya.
Dan anehnya waktu itu saya tidak berfikir panjang atas jawaban-jawaban yang saya lontarkan ke beliau, saya selalu menjawab iya. Padahal saya tidak tahu mau kuliyah di fakultas apa jurusan apa, namun sekali lagi jujur dari dulu sebenarnya saya kepingin mendalami bahasa arab. Namun disini saya teringat sebuah perkataan dari seorang teman bahwa "Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan", ternyata setelah saya renungi benar juga apa yang dikatakan temenku waktu itu.
Minggu pagi saya meluncur ke Bandarlampung untuk mengantarkan berkas beasiswa tersebut ke IAIN, setelah saya sampai di terminal rajabasa ternyata anaknya kyai saya Ariefridho El-Cholisi sudah menunggu disitu, langsung saja kami bertolak menuju MAN 1 model Bandarlmapung untuk bermalam disana. Esok paginya kami menuju rumah dosen yang tak lain adalah orang yang pernah menjadi tim pengawas Ujian Nasional di Madrasah Tsanawiyah tempat saya sekolah yaitu Drs. Rosidi, MA.
Sesampainya di rumah beliau, beliau berkata " oh kamu ya zuk yang kesini..? Jawabku, iya pak. yah somoga nanti bisa masuklah, sambil beliau menunjukkan setumpuk berkas mahasiswa pendaftar beasiswa tersebut kepada saya. Karena kuota hanya tinggal satu-satunya waktu itu dan sudah banyak mahasiswa yang mendaftar, sambil beliau menyemangati saya semoga kamu nanti bisa masuk zuk, kata beliau. Aamiin, jawabku. Nanti kalau waktu pengumuman kamu jangan kesini ya, nanti biar bapak yang lihatin kalau pengumuman sudah turun. Nampaknya beliau merasa kasihan melihat saya, karena jarak tempuh yang begitu jauh dari rumah menuju kampusku yang memakan waktu 5-6 jam kendaraan bus sehingga beliau rela melihatkan pengumuman tersebut.
Beberapa bulan menunggu akhirnya pengumumanpun tiba, ketika itu saya masih bekerja dan ketika itu sayaendapat telfon dari dosen tersebut bahwa nama saya keluar didaftar pengumuman. Seketika itu juga saya sujud syukur atas keterimanya diriku yang mungkin seperti yang saya katakan tadi jika dilihat dari segi biaya kemungkinan besar secara pribadi tidak mampu untuk bisa kuliyah. Namun disini Allah berkata lain, intinya tetap bersyukur begitulah kira-kira.
Masalah jurusan yang agak sedikit kontra dengan apa yang saya inginkan tadi, mungkin Allah mempunyai keinginan lain terhadap diriku. Ketika itu dosen tersebut mengajukan pilihan untuk jurusan-jurusan yang akan saya pilih,"ada tiga jurusan dan dua fakultas yang beliau tunjukkan waktu itu yaitu Komunikasi Penyiaran Islam, Pengembangan Masyarakat Islam yang keduanya ini terdapat di fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi dan yang satunya jurusan bahasa arab yang terdapat pada fakultas tarbiyah. Sebenarnya sih waktu itu kepingin jurusan bahasa arab sebagai pilihan utama dari yang lain tadi, namun sekali lagi nasib berkehendak lain. Dosenpun menyarankan untuk milih KPI sebagai pilihan utama, memang jujur beliau ingin saya masuk ke jurusan tersebut karena beliau dosen di jurusan itu mau tidak mau dengan sedikit berat hati sayapun memilih jurusan tersebut.
Seiring berjalannya waktu saya dapat merasakan manfaat dari perkuliahan pada jurusan tersebut, hingga hari ini sayapun sebenarnya sedikit menyesal karena dulu tidak terlalu serius mendalami ilmu-ilmu yang ada pada jurusan itu. Karena keinginan yang selalu membayangiku untuk bisa kuliyah di Al-Azhar sehingga membuatku tidak terlalu fokus terhadap mata kuliah yang ada.
Eh ternyata setelah saya sampai ke kampus yang saya inginkan yaitu Al-Azhar, disini baru terasa bahwa ilmu yang ada di KPI sangat berguna sekali, yah minimal dalam dunia tulis menulis (jurnalistik). Intinya syukuri dan jalani apa yang ada dihadapan kita, insya Allah nanti akan berguna dikemudian hari.
Terimakasih kepada guru serta dosenku yang selama ini telah mendidik serta membimbingku, semoga Allah membalas kebaikanmu dan menjadikan itu semua sebagai amal jariahmu. Aamiin 


Kairo, 22 Februari 2015

ANTARA KOTA KAIRO DENGAN ITALIA

Antara kota kairo dengan Italia...
______
Obrolan kami kali ini sedikit berbeda dengan sebelum-sebelumnya, mungkin apa karena opor ayamnya apa karena materinya ya..??hehe, ah tapi kalau menurutku sih dua-duanya iya dua-duanya...gimana enggak lo, yang satunya bisa bikin perut kenyang yang satunya lagi bikin wawasan tambah luas..Bincang santai saya dengan keluarga kami disini(baca:Ikmal Mesir), mengenai Islam di Italia & Eropa dengan pemateri Ust. H. Ahmad Ikhwani,Lc, MA kandidat doktoral Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Beliau kesana diundang oleh KBRI Italia dalam rangka berdakwah selama bulan ramadhan penuh, memang kalau kita baca-baca lagi sejarah tentang perkembangan Islam di Italia dengan Eropa tidak bisa dipisahkan dengan Al-Azhar khususnya kota kairo karena di Palermo Tengah, ada sebuah distrik yang diberi nama Saqaliba. Yaitu orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adalah Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer Fatimiyyah dan yang mendirikan Kairo.
Masuknya Islam di Italia bermula sekitar abad ke-9: ketika Sisilia dan beberapa wilayah di Semenanjung Italia menjadi bagian kekuasaan Ummah Muslim antara tahun 828 (Penaklukan Muslim Sisilia) dan pada tahun 1300 (kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia), Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman penggabungan negara pada tahun 1861 hingga tahun 1970-an, saat gelombang pertama imigran dari Afrika Utara mulai tiba. Bangsa tersebut, umumnya berasal dari bangsa Berber dan Arab, yang kebanyakan datang dari Maroko. Sebagian juga datang dari Albania, dan beberapa tahun kemudian, mereka juga diikuti oleh orang-orang Mesir, Tunisia, Senegal, Somalia, Pakistan dan lain-lain.
Sejak awal abad ke-7 dan ke-8, sebagian bangsa Lombard, salah satu dari bangsa Jerman yang menguasai sebagian Italia, memilih meninggalkan kepercayaan Arianisme dan memeluk Islam di samping Katolik, sedangkan al-Ankubarti umumnya berjuang sebagai tentara sewaan dalam pasukan Arab di pantai Mediterrania Afrika , khususnya Ifriqiyah-Tunisia, dan juga Saqaliba oleh masyarakat Muslim Arab. Di Palermo Tengah, sebuah distrik diberi nama Saqaliba. Orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adalah Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer Fatimiyyah dan yang mendirikan Cairo. Orang Sisilia-Saqaliba lain, adalah dari bangsa Slavia Sabir al-Fata, yang menaklukkan Taranto dan Otranto pada tahun 927.
Serangan Arab pertama terhadap Sisilia-Bizantium pada tahun 652, 667, dan 720 mengalami kegagalan Syracuse dapat ditaklukkan untuk pertama kalinya untuk sementara waktu pada tahun 708, namun sebuah invasi yang direncanakan pada tahun 740 gagal dilaksanakan karena pemberontakan Berber dari Maghreb yang berlangsung hingga tahun 771 dan perang sipil di Ifriqiyah berlangsung hingga tahun 799. Sardinia bagaimanapun berhasil dikuasai Islam dalam beberapa tahapan pendudukan yang berlangsung pada tahun 711, 720, dan 760 secara berturut-turut. Pulau Italia Pantelleria dapat ditaklukkan oleh bangsa Arab pada tahun 700.
____
Salah satu kenikmatan yang sangat besar bagi WNI di kairo khususnya Al-Azhar ini, gimana tidak disini semua serba ada, mau belajar agama,umum,bisnis,wisata peradaban dunia, dan banyak hal yang tidak bisa didapatkan oleh WNI di Eropa khususnya Italia. Disana mau sholat di masjid saja susah dan hanya ada dua masjid yang resmi yang terletak di Roma dan Vatikan yang dimana kedua tempat tersebut adalah pusat non muslim/ katholik terbesar.
Padahal disana muslim jumlah nominalnya terbesar kedua setelah katholik namun agama Islam tidak diakui, mau beli makanan halal susah, shalat jamaah di masjid susah. Lah kita disini (baca: azhar) sangat mudah sekali mendapatkan itu semua, masjid dimana-mana, bacaan Qur'an juga ada dimana-mana (di mobil, motor, toko,pasar dll).
Jadi teringat beberapa waktu lalu ketika saya tanya dengan Hasti Nahdiana yaitu salah satu kandidat doktor di dua Universitas yaitu di Italia dan Jerman, mbak gimana sih rasanya tinggal sekaligus belajar di Eropa ..?? Kata beliau ya enak gak enak sih, kata beliau enaknya kita bisa tahu salah satu peradaban dunia, tingkat kedisiplinannya tinggi, orang-orang Eropa sangat menghargai waktu, dan lain sebagainya. Namun segi negatifnya juga besar terutama bagi kita umat muslim, karena pergaulan bebas yang terlihat begitu terang-terangan didepan umum,minuman bir hampir setiap tempat ada dan bahayanya setiap makanan banyak campuran birnya.
Lagi-lagi mbak hasti merasakan berat tinggal dilingkungan yang mayoritas non muslim ini bukan hanya karena lingkungannya yang membuatnya tidak atau kurang nyaman tahu sendirilah jika kamu merasa seorang penghafal Qur'an yang tinggal dilingkungan seperti itu rasanya berat-berat gimana gitu..hehe, kita aja yang tinggal ditempat yang sangat Islami masih merasakan berat jika mau mengulang hafalan yang ada. Ah padahal dulu ada rencana melancong kesana, tapi entahlah nanti saja saya fikirin lagi..hemmm
Banyak sekali orang yang ingin kesini namun banyak sekali kendala.Jadi kesimpulannya, bagi WNI Mesir khususnya mahasiswa Al-Azhar marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan syukuri apa yang kita dapatkan disini.
سبحان الله والحمدلله ولا اله الا الله والله اكبر ولا حول ولا قوة الا باالله العلي العظيم.....

Kairo, 26 Juli 2015